Sripture Ibrani 11:4, 17-19
A. INTRODUCTION
Ada banyak cara yang dilakukan oleh orang
Kristen dalam mengekspresikan imannya kepada Tuhan. Menerapkan nilai-nilai
kehidupan Kristen yang berlandaskan pada firman Tuhan, melakukan kehendak-Nya
dengan taat, mulai dari mengasihi sesama, tekun membaca Alkitab, rajin ke
gereja, dan lain sebagainya yang mengidentifikasi bahwa ia adalah seorang yang
beriman atau percaya kepada Tuhan.
Ada juga yang mengekspresikan imannya
terlalu berlebihan, sering sekali gagal membedakan mana kehendak Tuhan dan mana
keinginan diri. Tetapi ada juga yang beranggapan menjadi Kristen, percaya Tuhan
Yesus sudah cukup dan tidak perlu berbuat ini dan itu. Iman tanpa pengetahuan
yang benar kepada kebenaran firman Tuhan, adalah iman yang pasif, sementara
Alkitab berbicara bahwa iman itu harus disertai dengan perbuatan; “Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman
tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati.” (Yak. 2:26).
Seorang yang percaya kepada Tuhan akan tampak
melalui tindakan dan perbuatan-perbuatan yang memuliakan Tuhan; “Dari
buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari
semak duri atau buah ara dari rumput duri? Demikianlah setiap pohon yang baik
menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah
yang tidak baik.” (Mat. 7:16-17).
Seorang Kristen harus dapat mengukur kadar
imannya sendiri kepada Tuhan, bukan berdasarkan anggapan melainkan berdasarkan
pengetahuan yang benar melalui kebenaran firman Tuhan. Rasul Paulus berdoa
kepada Tuhan untuk jemaat-jemaatnya supaya mereka memiliki pengetahuan yang
benar untuk pertumbuhan iman mereka; “Dan inilah
doaku, semoga kasihmu makin melimpah dalam pengetahuan yang benar dan dalam
segala macam pengertian, sehingga kamu dapat memilih apa yang baik, supaya kamu
suci dan tak bercacat menjelang hari Kristus, penuh dengan buah kebenaran yang
dikerjakan oleh Yesus Kristus untuk memuliakan dan memuji Allah. (Fil. 1:9-11).
Di dalam surat Ibrani 11:1-40 mencatat
tentang saksi-saksi iman dari tokoh-tokoh Alkitab. Mereka mengekspresikan
imannya kepada Tuhan dalam situasi dan keadaan yang berbeda-beda, namun mereka telah
meninggalkan teladan yang baik untuk
generasi umat Tuhan sampai sekarang ini.
Salah satu cara atau teladan yang
diwariskan kepada umat Tuhan sampai sekarang ini dalam mengekspresikan imannya
kepada Tuhan adalah memberi korban persembahan kepada Tuhan sebagai tanda
imannya.
B. CONTENTS
Dalam Catatan Surat Ibrani
11:1-40, tentang saksi-saksi iman, kita dapat melihat dua tokoh yang
mengekspresikan imannya kepada Tuhan melalui ketaatan memberi korban
persembaban, yaitu;
1. HABEL (Ay. 4)
Korban Persembahan yang dipersembahkan kepada
Tuhan oleh Habel lahir dari hati yang beriman kepada Tuhan. “Karena iman Habel telah mempersembahkan
kepada Allah korban yang lebih baik dari pada korban Kain. Dengan jalan itu ia
memperoleh kesaksian kepadanya, bahwa ia benar, karena Allah berkenan akan
persembahannya itu dan karena iman ia masih berbicara, sesudah ia mati.”
Kisah Habel dapat kita temukan di dalam Kitab
Kejadian 4:1-16. Menurut penulis surat Ibrani, Habel telah memberi korban
persemabahan yang lebih baik dari kakaknya, Kain. Kain adalah seorang petani
dan Habel adalah seorang gembala kambing domba atau seorang peternak. Kain
mempersembahkan hasil tanahnya dan Habel mempersembahkan anak sulung dari
domba-domba, yaitu lemak-lemaknya. Tuhan mengindahkan korban persembahan Habel,
karena ia telah mempersembahkan yang terbaik, yaitu persemabahan yang lahir
dari iman kepada Tuhan.
Persembahan yang baik dan benar adalah
persembahan yang menyenangkan hati Tuhan. Persemabahan yang baik adalah tanda
iman. Itulah yang telah disampaikan oleh Daud; “Persembahkanlah korban yang benar dan percayalah kepada TUHAN.” (Mzm.
4:6).
Habel adalah manusia pertama yang
mempersembahkan yang terbaik kepada Tuhan. Ia meninggalkan, ia telah mengawali
apa yang baik dan berkenan di hadapan Tuhan sebagai tanda iman dan
kepercayaannya. Penulis Surat Ibrani mencatat dia dalam daftar orang-orang yang
telah menjadi saksi-saksi iman bahkan dari daftar itu, ia menempatkannya pada
urutan yang pertama. Artinya bahwa, Habel adalah orang yang pertama memberikan
teladan yang baik sebagai tanda imannya kepada Tuhan. Sebaliknya, Kain adalah
orang yang pertama kali memberikan teladan yang tidak baik dalam memberikan
korban kepada Tuhan. Tuhan tidak berkenan dengan persembahannya. Karena itu, Kain
menjadi orang galau yang pertama di dunia ini yang kemudian menginveksi kepada
orang-orang zaman sekarang; “… tetapi
Kain dan korban persembahannya tidak diindahkan-Nya. Lalu hati Kain menjadi
sangat panas, dan mukanya muram. Firman TUHAN kepada Kain: "Mengapa hatimu
panas dan mukamu muram?” (Kej. 4:5-6).
Orang Kristen yang beriman akan mempersembahkan
yang terbaik kepada Tuhan, dan orang Kristen yang menghitung untung rugi ketika
memberi korban persembahan kepada Tuhan, bisa jadi virus Kain masih menginveksi
sampai sekarang ini, yang melahirkan karakter-karakter galau.
Orang Kristen yang baik adalah orang Kristen
yang mewariskan karakter iman kepada generasi-generasi berikutnya, menanamkan
rasa takut dan hormat kepada Tuhan termasuk dalam hal memberi korban persembahan
yang baik sebagai tanda iman kepada Tuhan. Orang Kristen harus menjadi pelopor
iman yang akan terus tersemat dalam hati orang-orang percaya berikutnya. Tidak
ada yang lebih membanggakan ketika nama kita disebut dalam sejarah yang melahirkan
generasi-generasi yang takut akan Tuhan seperti Habel yang disebut dalam Surat
Ibrani setelah ribuan tahun berlalu. Salomo mengatakan bahwa; “Nama baik lebih berharga dari kekayaan
besar”. (Ams. 22:1a).
2. ABRAHAM (Ay. 17-19)
Nama berikutnya yang dicatat penulis Surat
Ibrani sebagai orang yang taat mempersembahkan Korban sebagai tanda iman kepada
Tuhan adalah Abraham (Kej. 22:1-19).
Kisah Abraham adalah kisah yang tidak
popular dan hanya satu-satunya yang pernah terjadi. Sangatlah tidak masuk akal
jika Abraham di minta Tuhan untuk mempersembahkan anak kandungnya sendiri
sebagai Korban. Ishak adalah anak perjanjian yang lahir di usianya yang sudah
sangat tua, satu-satunya yang akan meneruskan keturunannya dan mewarisi segala
yang mereka miliki. Namun Tuhan berfirman kepada Abraham supaya Ia
mempersembahkan anaknya; “Setelah semuanya itu Allah mencoba Abraham. Ia berfirman
kepadanya: "Abraham," lalu sahutnya: "Ya, Tuhan." Firman-Nya:
"Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah
ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada
salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu.” (Kej. 22:1-2).
Betapa
pedihnya perasaannya Abraham untuk menuruti perintah Tuhan, namun karena
imannya, ia pun taat kepada perintah Tuhan (Kej. 22:3-10). Ia tidak banyak
bertanya mengapa Tuhan melakukan itu kepadanya. Ia mau mempersembahkan anaknya
itu sebagai tanda iman dan ketaatannya kepada perintah Tuhan.
Perintah
Tuhan ini sangat berat dan pasti menyesak di dalam hati. Jika Tuhan meminta
supaya mempersembahkan apa yang kita sayangi, tentu kita akan berpikir seribu
kali sebelum memutuskan untuk berkata ya. Tetapi Tuhan tidak menuntut kita
melampaui batas kemampuan kita; “Hendaklah
masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati
atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.”
(2 Kor. 9:7).
Yang
disebut dengan kerelaan adalah bukan karena paksaan. Jika kita memberi karena
paksaan, tentu pemberian kita bukan karena iman atau bukan sebagai tanda iman,
bisa jadi karena kesal. Wujudnya mungkin baik tetapi caranya tidak baik, itupun
tidak berkenan di hadapan Tuhan.
Kisah
Abraham menjadi sejarah sepanjang zaman dan turun temurun sampai pada hari ini,
karena ia berani berkorban dan merelakan anak yang dikasihinya untuk
dipersembahkan sebagai korban kepada Tuhan, karena imannya. Sampai sekarang Abraham
disebut sebagai bapa segala orang beriman.
Tidak
mudah untuk mempersembahkan apa yang kita sayangi dan kita kasihi kepada Tuhan.
Biasanya ketika kita dituntut untuk memberi, tiba-tiba muncul dalam benak kita
untuk menghitung-hitung seberapa besar kebutuhan kita ke depan! Tapi ingat
bahwa Tuhan hanya menuntut kerelaan bukan paksaan. Setiap pemberian kepada
Tuhan, Tuhan sudah mencatatnya seberapa banyak yang sudah kita tabur. Yang
menabur banyak akan menuai banyak, yang menabur sedikit akan menuai sedikit
pula (2 Kor. 9:6). Menaburlah di ladang Tuhan sebagai tanda iman, menurut
kerelaan hati kita.
C. CONCLUSION
Penulis Surat Ibrani telah menunjukkan
kepada kita tentang orang-orang yang karena imannya telah mempersembahkan yang
terbaik kepada Tuhan. Habel adalah manusia yang pertama yang persembahannya
diterima oleh Tuhan dan orang yang pertama juga disebut dalam daftar
saksi-saksi iman oleh penulis surat Ibrani.
Tokoh yang kedua yang didaftarkan adalah
Abraham. Karena imannya kepada Tuhan, ia tidak menyayangkan anak satu-satunya
yang akan menjadi ahli warisnya. Ia taat, melaksanakan apa yang menjadi
kehendak Tuhan, walaupun tidak mudah.
Kedua tokoh itu telah menginspirasi umat
Tuhan sampai sekarang sehingga menjadi catatan khusus bagi penulis surat Ibrani
disamping saksi-saksi iman yang lainnya yang di daftar dalam Ibrani 11:1-40.
D. APPLICATION
Kita dapat mengekspresikan iman kita kepada
Tuhan dengan berbagai cara, termasuk dengan memberikan korban persemabahan
kepada Tuhan. Apa yang telah diwariskan oleh Habel dan Abraham sebagai
orang-orang yang telah memberikan teladan yang baik sebagai tanda iman mereka
kepada Tuhan, mari kita laksanakan juga sebagai tanda iman kita kepada-Nya dan
kita wariskan kepada generasi-generasi orang-orang beriman berikutnya.
Ketika kita memberi korban persemabahan
yang terbaik kepada Tuhan sebagai tanda iman kita. Kita telah melaksanakan
kehendak-Nya dan menanamkan nilai-nilai kehidupan yang snagat berharga bagi
generasi kita. Amin
Oleh: Gembala Jemaat GKII Tuka Dalung, 31 July 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berilah Komentar yang tidak mengandung sara. Komentar yang tidak sopan tidak mengikuti aturan akan di delete. Tuhan Yesus Memberkati...
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.