"DIALAH YANG KAMI BERITAKAN, APABILA TIAP-TIAP ORANG KAMI NASIHATI DAN TIAP-TIAP ORANG KAMI AJARI DALAM SEGALA HIKMAT, UNTUK MEMIMPIN TIAP-TIAP ORANG KEPADA KESEMPURNAAN DALAM KRISTUS. ITULAH YANG KUUSAHAKAN DAN KUPERGUMULKAN DENGAN SEGALA TENAGA SESUAI DENGAN KUASA-NYA, YANG BEKERJA DENGAN KUAT DI DALAM AKU." (KOLOSE 1:28-29)

KUALITAS IMAN ORANG KRISTEN

Bacaan Alkitab: Matius 15: 21-28

      A.   PENDAHULUAN

Berbicara tentang kualitas, berbicara tentang bobot atau mutu dari sesuatu yang dapat diukur dengan nilai baik dan buruknya. Sesuatu dikatakan berkualitas apabila memiliki nilai-nilai kebaikan yang sudah melewati tahap pengujian yang ketat untuk mengukur kadar kebaikan dikandungnya. Tidak ada sesuatupun yang dapat dikatakan berkualitas tanpa melalui sebuah proses yang disebut dengan ujian. Ujian akan menentukan apakah sesuatu layak ditingkatkan statusnya atau tidak.

Setelah melewati masa belajar pada akhir semester, semua siswa pada akhirnya akan sampai pada sebuah proses yang disebut dengan ujian. Di situ semua siswa akan diuji kemampuannya masing-masing untuk menentukan kualitas dirinya sebagai seorang siswa, apakah ia layak naik tingkat ke jenjang yang lebih tinggi atau tinggal kelas dan belajar lagi pada materi yang sama dan semester yang sama.

Demikian juga iman Kristen. Iman yang berkualitas adalah iman yang sudah berhasil melewati sebuah proses ujian. Jangan katakan kita beriman kepada Tuhan tetapi kita gagal melewati ujian. Jangan katakan kita beriman kepada Tuhan tetapi terlalu cepat menyerah saat kita sedang dalam proses untuk menentukan kualitas iman kita.

Seorang perempuan Kanaan berkebangsaan Siro Fenisia menunjukkan kualitas imannya kepada Tuhan Yesus, ia menjumpai Tuhan Yesus pada waktu yang tepat. Ia adalah seorang perempuan yang berprestasi dalam perjalanan imannya kepada Tuhan. Setelah melewati beberapa tahap ujian iman, akhirnya ia berhasil dan memperoleh penghargaan dari Tuhan, “Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki." Dan seketika itu juga anaknya sembuh” (Ay. 28).

Tahap-Tahap Ujian Iman yang berhasil dilewati oleh perempuan Kanaan itu adalah:

1.    Ketidakpedulian Tuhan Yesus terhadap terikannya untuk minta tolong (Ay. 22-23a).
2.    Ketidakpedulian murid-murid Tuhan Yesus yang menolaknya dan menyuruh Tuhan Yesus untuk mengusirnya (Ay. 23b).
3.    Dianggap tidak penting dan tidak prioritas oleh Tuhan Yesus. Ia hanya diutus kepada domba-domba yang hilang dari umat Isreal (Ay. 24).
4.    Istilah “anjing” yang digunakan Tuhan Yesus untuk menyebut orang-orang yang bukan dari umat Israel (Ay. 26).

Perempuan itu berhasil melewati semua proses yang menurut ukuran manusia biasa sangat menyakitkan dan memaksanya untuk mundur dan menyerah. Perempuan itu tidak pernah menyerah bahkan terus mendesak Yesus dengan bersungkur di kaki-Nya (Ay. 25), berusaha mengendalikan perasaannya dengan berpandangan positif/ Positive Thingking (Ay. 27) karena ia memiliki arah dan tujuan yang tidak boleh gagal, yaitu kesembuhan bagi anak yang dikasihinya. Ujian itu berakhir dengan pujian dan kesembuhan bagi anaknya. Segala Puji bagi Tuhan.

B.   IMAN YANG BERKUALITAS
Dari kisah perempuan Kanaan yang percaya kepada Tuhan Yesus kita mendapatkan sebuah pelajaran yang sangat berharga bagi pertumbuhan iman kita. Imannya yang bergairah dan sikapnya yang tidak mudah menyerah menghadapi ujian menunjukkan kualitas imannya. Kita dapat belajar dari kisah ini supaya kita sebagai seorang Kristen memiliki iman yang berkualitas dan menyenangkan hati Tuhan.

1.    Memanfaatkan Waktu Untuk Berjumpa Dengan Tuhan (Ay. 21-22a).
Kedatangan Tuhan Yesus ke daerah Tirus dan Sidon menjadi momen berharga bagi seorang perempuan yang sedang mencari pertolongan untuk kesembuhan anaknya yang sedang menderita karena kerasukan setan. Ia menjumpai Yesus pada waktu yang tepat seraya berseru “Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita” (Ay. 22). Sebuah pribahasa mengatakan “pucuk dicinta ulam tiba”, artinya “sebuah harapan yang terwujud karena mendapat sesuatu yang dibutuhkan atau diharapkan”.

Sebelumnya perempuan itu tidak pernah berpikir berharap kepada Yesus, karena perempuan itu berasal dari luar suku Israel (Ay. 24), berasal dari keturunan Ham (Kej. 10:6) Bangsa yang terkutuk (Kej. Kej. 9:25-26), percaya kepada tahayul (Ul. 18:9-11), penyembah berhala (Ul. 29:17), keji dan najis (Im. 18:27) dsb. Namun perempuan itu cukup mengenal Yesus, hal ini nampak dari caranya menyebut Yesus “ya Tuhan, Anak Daud”. Artinya setidaknya ia pernah mendengar tentang Yesus yang menyembuhkan orang sakit, mengusir setan dan lain sebagainya, oleh karena itu ketika ia tahu bahwa Yesus datang ke daerah tersebut, ia pun tidak menyia-nyiakan dan menunda-nunda waktu dan kesempatan untuk berjumpa dengan-Nya.

Perempuan itu tidak ada pilihan lain, selain menemui Yesus. Ia datang tersungkur depan kaki-Nya (Mrk. 7:25). Bagi perempuan itu tidak ada waktu terbaik selain memanfaatkan kesempatan yang ada waluapun sulit baginya menerobos kepadatan manusia yang mengikuti dan mendengar Yesus pada waktu itu.

Pertanyaannya, bagaimana dengan kita? Apakah kita sudah memanfaatkan waktu dan kesempatan sebaik mungkin untuk menjumpai Yesus dalam doa, ibadah dan persekutuan dengan saudara-saudara seiman? Gunakanlah waktu kita sebaik mungkin untuk tetap memiliki persekutuan dengan Tuhan sekalipun banyak tantangannya.

2.    Tumbuh Semakin Kuat Ketika Pencobaan Datang (Ay. 25-27).
Bagaiamana perempuan itu menjaga stabilitas imannya ketika berhadapan dengan  masalah pada saat ia mau menjumpai Yesus? Dari kronologis kisah yang dicatat oleh Matius memperlihatkan keteguhan hati perempuan itu dari awal dimulainya perjumpaannya dengan Yesus sampai kepada akhirnya ia memperoleh apa yang ia harapkan dari Tuhan.

Perempuan itu mencoba untuk bertahan tahap demi tahap, ia mengelola pikiran dan perasaan supaya tidak mudah goyah dan menyerah. Perempuan itu sedikitpun tidak berpikir untuk mendur, semakin dihalangi, semakin mendekat bahkan menyembah Tuhan, tidak ada celah untuk membela diri tetapi justru berpikir positif dan merendahkan diri di hadapan Tuhan. Imannya tidak dapat digagalkan oleh pencobaan. Kegagalan menjumpai Yesus adalah kerugian yang besar dan tidak ada kesempatan lebih tepat dan lebih baik lagi.

Pertanyaannya, bagaimana dengan iman kita, apakah pencobaan membuat kita menjadi lemah dan berhenti berharap kepada Tuhan? Mampukah kita berpikir positif, memandang pencobaan sebagai sebuah proses untuk menang dari pergumulan? Biarlah pencobaan itu membuat iman kita semakin murni, dan tumbuh menjadi kuat.

3.    Konsisten Ketika Keadaan Memaksanya Untuk Menyerah (Ay. 25-27).
Konsisten artinya memiliki keteguhan hati, tidak mengubah pikiran, dan punya pendirian dan pilihan yang tetap walaupun harus berbeda. Gambaran ini juga kita dapatkan dari seorang perempuan Kanaan yang percaya kepada Tuhan. beberapa kali ia harus diuji imannya bahkan sudah melewati batas wajar, namun ia tidak menyerah, tidak mengubah pikirannya bahkan tetap konsisten pada pilihannya. Batas ujian biasanya maksimal sampai tiga kali, namun perempuan itu melampaui batas sampai empat kali (lihat tahap-tahap ujian iman di atas).

Perempuan itu melewati perjalanan yang cukup melelahkan. Perjalanan yang menguras tenaga dan mengorbankan harga diri sebagai manusia, imannya berusaha dicongkel dengan mengobrak-abrik kedalaman perasaannya, namun ia tetap melangkah maju dan sedikitpun tidak berpikir untuk mundur dan menyerah, ia tetap konsisten karena ia memiliki iman yang kuat kepada Yesus dan memiliki tujuan yang besar.

Pertanyaannya, bagaimana dengan kita? Akankah kita mengubah pikiran kita untuk meninggalkan Tuhan karena masalah dan persoalan hidup yang sesungguhnya adalah sebuah proses untuk sampai kepada tujuan akhir yang kita harapkan? Biarlah kita tetap konsisten karena Yesus jauh lebih besar dari masalah yang kita hadapi.

4.    Memiliki Arah Iman dan Tujuan Yang Jelas (Ay. 22b).
Apa yang memotivasi perempuan Kanaan itu begitu antusias dan bergairah untuk menjumpai Yesus? Tujuanlah yang menggerakan dia. Tujuan itu begitu kuat seperti sebuah dynamo penggerak yang menggerakkan seluruh hasrat dan keinginannya, tanpa bisa dikendalikan kecuali mematikan mesin dynamo tersebut. Sama seperti manusia, ia digerakkan oleh tujuan, tujuan itu bisa berhenti apabila jantung kita berhenti berdetak.

Perempuan itu berorientasi kepada tujuan. Gol akhir yang hendak diraih adalah terpacainya sebuah akhir yang membanggakan, maka perempuan itu tidak berhenti sampai ia mendapatkan apa yang menjadi tujuannya, yaitu pemenuhan rasa kasih sayang kepada anaknya yang menderita karena kerasukan setan, yaitu sebuah kesembuhan. Ayat 22b ini menjadi mesin penggerak yang menyebabkan seorang perempuan Kanaan terus berjuang sampai kepada titik terakhir. Arah imannya adalah Yesus  dan tujuan kepada kesembuhan anaknya. Imannya kepada Yesus menjadi sarana untuk sampai kepada hasil akhir yang memuaskan.

Pertanyaannya, bagaimana dengan kita? Apakah kita sudah memiliki iman yang terarah kepada Yesus saja untuk mencapai tujuan akhir kita? Jangan salah dalam menempatkan arah iman dan tujuan kita.

      C.   KESIMPULAN
Perempuan Kanaan yang percaya kepada Tuhan Yesus memberikan gambaran kepada kita tentang bagaimana kita memiliki iman yang berkualitas.

Kualitas iman Kristen akan nampak ketika kita mampu memanfaatkan waktu-waktu yang ada untuk menjumpai Yesus dan membawa semua persoalan hihup kita kepada-Nya. Tumbuh menjadi kuat walaupun di tengah-tengah pencobaan yang berat. Tetap konsisten walaupun keadaan memaksanya untuk mundur dan memiliki arah iman dan tujuan yang jelas.

Tuhan Yesus memuji kualitas iman perempuan Kanaan itu dan Ia memberikan “Sertifikat Kelulusan” berupa sebuah jawaban dan hasil yang memuaskan Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki." Dan seketika itu juga anaknya sembuh.” (Ay. 28).

      D.   PENERAPAN
Kita perlu memiliki iman yang berkualitas yang diuji melalui sebuah proses. Kualiatas keimanan kita akan membuka pintu jawaban atas setiap pergumulan kita. Tuhan Yesus memberkati. #KetutMardiasa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berilah Komentar yang tidak mengandung sara. Komentar yang tidak sopan tidak mengikuti aturan akan di delete. Tuhan Yesus Memberkati...

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.