Scripture: Markus 4:7, 18-19
A. INTRODUCTION
Gambaran
yang ketiga tentang hati manusia yang dipaparkan melalui sebuah perumpamaan
oleh Tuhan Yesus adalah seperti semak berduri. “Sebagian lagi jatuh di
tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati,
sehingga ia tidak berbuah. (Ay. 7).
Benih yang jatuh di semak-semak berduri, memiliki potensi
pertumbuhan yang baik, tetapi karena keberadaannya tidak terawat dan luput dari
perhatian, maka ketika benih itu tumbuh, tumbuh pula semak-semak yang baru dan
menghimpitnya, sehingga benih itu tidak dapat menghasilkan buah bahkan mati.
Duri dari semak-semak itu adalah senjatanya untuk menghambat
tumbuh-tumbuhan yang disekitarnya, sebisa mungkin untuk mengehentikan proses
pertumbuhan itu sebelum menjadi besar dan berbuah.
Benih-benih yang jatuh di semak-semak berduri mengambarkan
benih-benih firman Tuhan yang ditaburkan di dalam hati manusia, namun firman
Tuhan itu tidak dapat berbuah karena hati penerimanya lebih cenderung kepada perkara-perkara
dunia yang memberikan kesenangan dan kenyamanan, dan juga kekuatiran dunia yang
menghimpitnya sehingga firman itu tidak berbuah. “Dan yang lain ialah yang ditaburkan di tengah semak duri, itulah yang
mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan dan
keinginan-keinginan akan hal yang lain masuklah menghimpit firman itu sehingga
tidak berbuah.” (Ay. 18-19).
Benih yang jatuh di semak-semak berduri tidak
jauh berbeda dengan benih yang jatuh di pinggir jalan (Ay. 4, 14-15) dan benih
yang jatuh di atas tanah yang berbatu-batu (Ay. 5-6, 16-17). Ketiga jenis
ladang atau tanah yang menggambarkan hati manusia, semuanya tidak dapat menghasilkan apa-apa.
Benih yang jatuh di pinggir jalan, sebelum tumbuh sudah hilang karena di makan
burung-burung yang lapar, yang menggambarkan iblis yang tidak menghendaki
firman Tuhan menyentuh dan tumbuh di hati manusia. Benih yang jatuh di tanah yang
berbatu-batu, tumbuh, namun tidak bertahan lama, karena tidak berakar lalu mati
karena sinar matahari dan benih yang jatuh di semak-semak duri, namun
kesenangan dan kekuatiran dunia menghimpitnya lalu mati.
Benih yang jatuh di semak-semak duri tidak hanya
menggambarkan hasil akhir dari benih ditaburkan itu tetapi karakter dari ladang
atau tanah itu sendiri sehingga benih itu tidak dapat tumbuh
B. CONTENTS
Berikut
ini adalah karakter hati manusia yang mendengar firman Tuhan, yang digambarkan
seperti ladang yang penuh dengan semak-semak berduri:
1.
Hati Yang Tidak Memelihara Firman Tuhan
Ibarat
seorang petani yang menabur benih di kebunnya. Pertama-tama yang dilakukan
adalah menggemburkan tanah itu, membersihkannya dari rumput-rumput liar dan
batu-batu yang menghambat pertumbuhan dari benih yang ditaburkan. Setelah benih
itu tumbuh, ia tidak berdiam diri menantikan hasil panen, melainkan
memeliharanya dengan baik. Rumput-rumput liar dengan berbagai jenis pasti akan
tumbuh juga bersamaan dengan benih-benih yang ditaburkan, dan itu harus
dibersihkan, untuk mendapat hasil panen yang banyak, baik dan berkualitas.
Hati
manusia yang mendengarkan firman Tuhan lalu memeliharanya dengan baik dalam
hatinya akan menghasilkan buah-buah yang banyak. Tuhan Yesus berfirman; “Tetapi Ia berkata: “Yang
berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya.”
(Luk. 11:28).
Kata memelihara dalam Bahasa Yunani; “phulassoo” yang berarti menjalankan, mematuhi, memperhatikan dan
juga menghormati. Ketika seseorang mendengarkan firman Tuhan, namun tidak
memperhatikan dengan baik, tidak menjalankan dan mematuhi perintahi-Nya, tidak akan
ada faidahnya sama sekali.
Firman Tuhan mengajar kita bahwa, kita bukan saja menjadi
pendengar tetapi pelaku firman Tuhan. Seseorang yang mendengar firman Tuhan
tetapi tidak memeliharanya atau tidak melakukannya, sama seperti seseorang yang
sedang mengamati-amati mukanya di depan cermin dan setelah meninggalkan cermin
itu ia segera lupa bagaimana rupanya, tetapi yang bertekun melakukannya akan
disebut berbahagia; “Sebab jika seorang
hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang
yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin. Baru saja
ia memandang dirinya, ia sudah pergi atau ia segera lupa bagaimana rupanya.
Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan
orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk
melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh
perbuatannya. (Yak. 1:23-15).
Sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Tuhan Yesus dalam Lukas
11:28, orang yang memelihara firman Tuhan akan berbahagia.
Seorang petani yang mendapatkan hasil yang banyak, baik dan
berkualitas tentu akan berbahagia, dengan demikian, ia harus memelihara
benih-benih supaya tumbuh dengan baik, dan tidak membiarkan semak-semak tumbuh
subur yang dapat menghimpit dan membunuh benih itu sehingga tidak tumbuh dan menghasilkan
buah.
Mazmur 1 membuat sebuat komparasi antara orang-orang yang
mencintai firman Tuhan dengan orang fasik (orang yang mendengar firman Tuhan
namun tidak peduli. Perbedaan yang paling menonjol adalah keberhasilan
orang-orang yang mencintai firman Tuhan; “…
tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu
siang dan malam.Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang
menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang
diperbuatnya berhasil.” (Mzm. 1:2-3).
Jika benih firman Tuhan yang ditaburkan dalam
hati kita tidak terpelihara dengan baik, atau tidak dilakukan, tidak mungkin
dapat menuai hasil yang baik, sebab itu, sebagai orang-orang yang percaya
kepada Tuhan dan firman-Nya harus membersihkan hati kita untuk ditabur firman
Tuhan sehingga dapat bertumbuh dan menghasilkan buah-buah yang banyak (Ay. 8, 20).
2.
Hati Yang Berorientasi Kepada
Perkara-Perkara Dunia.
Orang
mendengarkan firman Tuhan, tetapi kecenderungan hatinya berorientasi kepada
perkara-perkara dunia, menjadikan firman Tuhan mengalami pergeseran nilai dalam
hatinya. Firman Tuhan itu diterima dengan baik, tetapi ketika persoalan dunia,
masalah dan lain sebagainya datang, orang itu tidak menjadikan firman Tuhan
sebagai landasan yang kuat untuk berpijak, supaya tidak goyah, melainkan
membiarkan masalah itu menguasai hati, pikiran dan perasaannya, tanpa disadari
telah menempatkan masalah itu menjadi besar dan Tuhan menjadi kecil.
Ketika
kita mengecilkan Tuhan, maka masalah itu akan menjadi besar, sebaliknya ketika
kita menempatkan Tuhan itu besar, maka masalah itu akan menjadi kecil. Ketika
orientasi kita kepada masalah, maka kita akan lupa kepada janji-janji firman
Tuhan dan masalah itu akan terus menghimpit sehingga firman Tuhan tidak dapat
hidup lebih lama sampai menghasilkan buah seperti benih yang jatuh di semak
duri; “Dan yang lain ialah
yang ditaburkan di tengah semak duri, itulah yang mendengar firman itu, lalu
kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan dan keinginan-keinginan akan hal
yang lain masuklah menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah.” (Ay. 18-19).
Berdasarkan ayat di atas, ada dua hal yang membuat firman Tuhan
itu tidak dapat menghasilkan buah dalam hati manusia, yaitu;
Pertama: Masalah sehari-hari yang
menuntut dan menekan hidup seseorang, dalam hal kebutuhan, kenyamanan dan
keamanan yang membuat kita menjadi kuatir. Dalam hal ini, kalau kita berorientasi
kepada masalah, secara tidak sadar telah menggeser Tuhan dari dalam hidup kita.
Kita menempatkan masalah yang pertama, lalu diri kita sendiri atau mungkin
orang lain, lalu kemudian Tuhan pada bagian terakhir dan firman-Nya tidak
menjadi pedoman supaya dapat lebih tenang menghadapi masalah itu. Firman Tuhan
mengatakan bahwa; “Serahkanlah segala
kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.” (1 Ptr. 5:7). “Janganlah
hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal
keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.” (Fil.
4:6).
Hal tersebut diatas adalah implementasi dari pengajaran Tuhan
Yesus tentang kekuatiran dalam Matius 6:25-34, yang pada intinya adalah jangan
kuatir tentang apa pun juga karena Allah memelihara kita dan prioritaskan Tuhan
yang utama dan pertama, maka yang lainnya akan ditambahkan kepada kita.
Firman Tuhan mengajar kita untuk berfokus kepada Tuhan dan
firman-Nya, supaya jangan kekuatiran dunia menghimpit kita dan firman-Nya tidak
dapat tumbuh dan berbuah. Atau jangan berorientasi kepada masalah-masalah dunia
melainkan kepada Tuhan dan janji-janji firman-Nya.
Kedua: Gaya hidup dan
keinginan-keinginan duniawi yang menuntut berdasarkan pada kemajuan dan
perkembangan zaman.
Apa banyak hal yang ditawarkan oleh dunia dan sering sekali
menggoda setiap orang untuk mengabaikan firman Tuhan. hal ini telah terjadi
sejak manusia yang pertama, yaitu Adam dan Hawa di Taman Eden. Keinginan
duniawi menyeretkan kepada kehidupan dalam dosa dan mengabaikan perintah Tuhan
(Kej. 3:1-24). Hal yang sama dilakukan oleh iblis untuk mencobai Tuhan Yesus
dengan memperlihatkan kemewahan dan kesenangan dunia (Mat. 4:1-11).
Keinginan, kemewahan dan kesenangan dunia itu jugalah yang dipakai
oleh iblis sampai hari ini untuk menggoda manusia supaya mengabaikan firman
Tuhan, sehingga firman Tuhan itu tidak menghasilkan buah. Hati, pikiran dan
perasaan manusia berorientasi pada kemajuan tekhnologi dan perkembangan zaman.
Firman Tuhan terhimpit oleh kesenangan dan kemewahan yang ditawarkan dunia.
Firman Tuhan mengalami pergeseran nilai dan sangat sulit menyentuh kepada
kehidupan seseorang yang menjadikan orang tersebut menjadi cinta diri yang
berlebihan, tidak peduli sesama dan terlebih kepada firman Tuhan. Firman Tuhan
didengar tetapi bukan untuk dilakukan.
C. CONCLUSION
Ladang
yang penuh dengan semak duri menggambarkan karakter hati manusia yang tidak
memelihara firman Tuhan dalam hatinya dan selalu berorientasi kepada masalah
dan keinginan-keinginan duniawi, sehingga firman Tuhan tidak dapat menghasilkan
buah, terhimpit dengan kesenangan dan kemewahan yang ditawarkan oleh dunia.
Hati
yang demikian tidak akan mengalami pembaharuan dan pertumbuhan, ia akan
cenderung kepada cinta diri yang berlebihan dan mengabaikan kehendak dan
perintah-perintah Tuhan.
D. APPLICATION
Karakter
hati yang demikian perlu kesadaran bahwa, firman Tuhan adalah adalah
satu-satunya penghiburan dalam menghadapi tantangan dunia.
Firman
menuntun kita kepada jalan kehidupan yang baik sehingga dapat kita memanfaatkan
apa yang ada di dunia ini sebagai sarana untuk memuliakan nama Tuhan dan bukan
untuk memanjakan diri yang menjerumuskan kita kepada kekerdilan iman dan
kematian.
Keiginan
yang tidak terkontrol dapat membawa kita jauh dari hadapan Tuhan, tetapi hati
yang terpelihara oleh firman Tuhan akan menolong kita memahani kehendak Tuhan.
Amin!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berilah Komentar yang tidak mengandung sara. Komentar yang tidak sopan tidak mengikuti aturan akan di delete. Tuhan Yesus Memberkati...
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.