Ringkasan Khotbah Ibadah Rumah Tangga, Oleh: Ibu Gembala (Ny. Yuliati Mardiasa), Jumat, 22 Juli 2016
Scripture: Markus 3:31-35
A. INTODUCTION
Tuhan Yesus
memandang orang-orang yang duduk mendengarkan-Nya sebagai ibu dan
saudara-saudara-Nya. Ia menunjukkan sikap bahwa semua orang yang taat
mendengarkan firman Tuhan dan melakukan kehendak-Nya adalah keluarga-Nya, tanpa
melihat apa dan bagaimana mereka, dari mana dan mau ke mana mereka.
Bagi Tuhan
Yesus, keluarga bukan terbatas pada hubungan darah dan daging, tetapi hubungan
roh atau persatuan roh di dalam Tuhan. Hal ini nampak ketika ibu dan
saudara-saudara-Nya datang mencari-Nya pada waktu Ia sedang mengajar. Tuhan
Yesus memprioritaskan hubungan dalam roh sebagai keluarga daripada hubungan
dalam daging.
Ketika seseorang
menyampaikan pesan bahwa ibu dan saudara-saudara-Nya sedang menunggu di luar
ruangan tenpat Ia mengajar, Ia menjawab; Siapakah
ibu-Ku dan siapakah saudara-saudara-Ku.” (Ay. 33). Lalu Ia melihat kepada
orang-orang yang duduk di sekeliling-Nya yang taat mendengarkan pengajaran-Nya,
lalu berkata; “… inilah ibu-Ku dan
saudara-saudara-Ku.” (Ay. 34).
Tuhan Yesus
hendak memberikan pemahaman bahwa setiap orang yang berada dalam persekutuan
dan ketaatan mendengar firman Tuhan adalah keluarga bagi Tuhan (Keluarga-Nya),
sebagaimana setiap orang percaya kepada Tuhan disebut sebagai anak-anak Allah
(Yoh. 1:12), dan orang yang taat mendengarkan firman-Nya berasal dari Allah
(Yoh. 8:47a), sehingga disebut sebagai keluarga Allah (Ef. 2:19).
Tidak ada
perbedaan status dalam keluarga Tuhan, semua orang yang melakukan kehendak
Tuhan adalah keluarga; sebagai ibu, sebagai ayah, sebagai saudara laki-laki dan
saudara perempuan (Ay. 35).
Dalam hubungan
keluarga dalam darah dan daging, kita sering menemukan perbedaan-perbedaan yang
menonjol yang mengakibatkan terjadinya perselisihan antara sesama anggota
keluarga. Antara suami dan istri, orang tua dengan anak-anak dan saudara dengan
saudara. Kita Sering sekali menempatkan anggota rumah tangga atau anggota
keluarga kita sebagai orang lain padahal mereka selalu ada bersama-sama dengan
kita, perselisihan panjang yang tak kunjung usai, akhirnya menimbulkan
perpecahan dan bahkan berujung pada perceraian. Kalau demikian, dapatkah
disebut sebagai keluarga bagi Allah? Untuk memperkecil segala kemungkinan
terjadi, kita perlu membangun keluarga dalam kesatuan roh yang kemudian dapat
diterapkan dalam hubungan bermasyarakat terlebih dalam hubungan sebagai jemaat
berjemaat. Dengan demikian kita menjadi keluarga bagi Tuhan yang anggota-anggotanya
memiliki hubungan yang harmonis dengan Tuhan.
B. CONTENTS
Berdasarkan
pada apa yang telah kita dengar dari firman Tuhan dalam pengajaran Tuhan Yesus,
Mari kita membangun keluarga bukan saja dalam hubungan darah dan daging, tetapi
kita membangun hubungan dalam kesatuan roh melaui ketaatan kepada kehendak
Tuhan, sehingga keluarga kita dapat disebut sebagai keluarga yang dikehendaki
oleh Tuhan. Itulah kelaurga bagi Tuhan.
Bagaimana
kita membangun keluarga bagi Tuhan?
1. Keluarga
Bagi Tuhan adalah Keluarga yang memiliki kesatuan roh, duduk bersama-sama untuk
mendengarkan firman Tuhan (Ay. 34).
Kesatuan
roh yang dimaksud adalah kesatuan hati, pikiran dan perasaan untuk duduk
bersama di hadapan Tuhan untuk merenungkan firman-Nya.
Sebagian
besar orang yang duduk di hadapan Tuhan Yesus yang mendengarkan pengajaran-Nya
disebut sebagai anggota keluarga-Nya Tuhan; “dialah
ibu-Ku dan saudara-saudaraku”.
Tuhan
Yesus menyatakan kedekatan-Nya dengan mereka yang mendengarkan firman Tuhan
sebagai keluarga ketimbang keluarga dalam darah dan daging yang mencoba untuk
mengganggu konsentrasi mereka yang duduk mendengarkan-Nya.
Yang prioritas bagi Tuhan adalah memahami
kehendak-Nya melalui firman-Nya. Yohanes 8:47a mengatakan bahwa; “barangsiapa berasal dari Allah, ia
mendengarkan firman Allah…”.
Jika
kita memprioritaskan firman Tuhan dalam keluarga kita, tekun membaca,
merenungkan dan melakukannya, Tuhan Yesus akan memberkati kita sebagai
keluarga-Nya. Ayah, ibu, dan anak-anak menjadi keluarga bagi Tuhan.
2. Keluarga
Bagi Tuhan adalah keluarga yang taat melakukan kehendak Tuhan (Ay. 35).
Keluarga bagi Tuhan adalah
keluarga yang mengerti kehendak Tuhan melalui ketaatan merenungkan firman-Nya; “Barangsiapa mau melakukan kehendak-Nya, ia akan tahu entah ajaran-Ku
ini berasal dari Allah, entah Aku berkata-kata dari diri-Ku sendiri.” (Yoh.
7:17).
Tuhan Yesus mengangkat hati para pendengar-Nya bahwa mereka adalah
ibu-Nya, saudara-Nya laki-laki dan saudara-Nya perempuan (Ay. 35), oleh karena
mereka memilih duduk diam di hadapan-Nya untuk mengerti dan memahami kehendak
Tuhan melalui pengajaran-Nya.
Mereka duduk dalam lingkaran dan kesatuan orang-orang yang memberi
diri untuk bersekutu dengan Tuhan dan orang-orang yang telah menjadi ibu dan
saudara-saudara-Nya. Tuhan Yesus menekankan kepada mereka bahwa salah satu dari
kehendak Tuhan adalah mendengarkan firman-Nya untuk mengerti kehendak Tuhan
yang lainnya.
Tanpa didahului dari ketaatan untuk mendengar firman Tuhan, tidak
mungkin dapat mengerti dan memahami kehendak Tuhan yang lainnya, dan tidak
mungkin juga akan diberkati untuk menjadi keluarga bagi Tuhan karena mengerti
saja tidak, apalagi melakukan.
C. CONCLUSION
Tuhan Yesus
memandang orang-orang yang hidup dalam kesatuan roh, duduk bersama-sama untuk
mendengarkan firman-Nya dan yang melakukannya sebagai keluarga-Nya, sebagai
ibu-Nya dan saudara-saudara-Nya laki-laki dan perempuan. Mereka telah menjadi
keluarga bagi Tuhan.
Kedekatan
hubungan dalam keluarga tidak dapat diukur dalam hubungan darah dan daging,
sebagai ibu dan saudara-saudara, melainkan yang lebih penting bagi Tuhan adalah
hubungan dalam ikatan roh yang sama, yaitu kesatuan hati, pikiran dan perasaan
untuk bersekutu dengan Tuhan dan orang-orang yang telah menjadi keluarga-Nya.
D. APPLICATION
Sebagai
orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus, mari kita membangun keluarga yang
dikehendaki oleh Tuhan. keluarga yang bukan saja dibangun dalam darah dan
daging, tetapi keluarga yang dibangun dalam ketaatan mendengar firman-Nya dan
melakukan kehendak-Nya.
Tuhan Yesus
akan memberkati kita menjadi keluarga bagi Tuhan, sebagai ibu dan
saudara-saudara-Nya, dan Ia akan tinggal bersama-sama dengan kita. Tuhan Yesus
memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berilah Komentar yang tidak mengandung sara. Komentar yang tidak sopan tidak mengikuti aturan akan di delete. Tuhan Yesus Memberkati...
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.