Bacaan Alkitab: Markus 1: 35-42
A. PENDAHULUAN
Akan lebih mudah bagi seseorang dapat
menyelesaikan pekerjaannya dengan berhasil apabila mereka bekerja mengikuti
pola atau dengan system yang sudah ada. Tidak terlalu banyak membuang-buang
energy, menguras tenaga, waktu, pikiran dan perasaan untuk mencapai hasil atau
tujuan yang diharapkan. Bekerja dengan pola akan mempermudah dan mempercepat
pekerjaan itu dapat diselesaikan dengan baik bahkan bisa menambah volume
pekerjaan itu sendiri. Demikian juga halnya dengan pelayanan atau melayani
Tuhan.
Tuhan telah meninggalkan pola yang
sangat baik bagi kita untuk diterapkan dalam pelayanan maupun dalam pekerjaan
kita masing-masing sebagai anak-anak Tuhan. Ketika Tuhan Yesus hendak memulai
pekerjaan-Nya untuk memberitakan Injil, nampaknya Ia tidak hanya pergi begitu
saja tanpa mempersiapkan perencanaan yang baik terlebih dahulu. Ia pasti
memikirkan bagaimana Ia memulai dan bagaimana melakukannya. Pekerjaan tanpa
perencanaan dan strategi tentu tidak akan mendapatkan hasil yang baik.
Semua orang punya caranya sendiri untuk
berhasil, tetapi tidak sedikit orang gagal karena terlalu berambisi untuk
berhasil dengan cepat namun mengabaikan hal-hal yang sederhana dan
menganggapnya sebagai hal yang tidak penting dan tidak perlu mendapat
perhatian. Sesuatu yang besar dimulai dari yang kecil, sesuatu yang besar
dimulai dari hal-hal yang sederhana. Hal yang kecil dan yang sederhana adalah
tahapan awal terjadinya perubahan yang besar. Mengabaikan hal yang kecil dan
sederhana sama artinya secara tidak sadar sudah merencanakan kegagalan sejak dini.
Tuhan Yesus telah memberikan sebuah contoh
kepada kita melalui sebuah perumpamaan tentang talenta dalam Matius 25: 14-30.
Yang menerima lima talenta dan dua talenta mengembangkannya masing-masing
menjadi sepuluh dan empat talenta, (ay. 15-17) tetapi yang menerima satu
talenta mengabaikannya dengan berbagai alasan sehingga tidak menghasilkan
apa-apa (ay. 18, 24-25). Yang menerima lima dan dua talenta menerima pujian
dari tuanya “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku
yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan
memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan
turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.” (ay.
21, 23). Hamba yang menerima satu talenta disebut sebagai hamba yang jahat dan
malas, ia mengalami kegagalan total (ay. 26-30). “Barangsiapa setia dalam
perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan
barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam
perkara-perkara besar.” (Luk. 16:19). Inilah contoh dari mengabaikan
hal yang sederhana dan menganggapnya kecil dan tidak penting.
B. POLA PELAYANAN YESUS
Sekarang
mari kita perhatikan bagaimana pola Tuhan Yesus dalam melakukan pekerjaan-Nya.
Bagaimana Ia memulai pekerjaan-Nya dan bagaimana juga melakukannya.
1.
Mengawali Dengan Berdoa (Ay. 35).
Hal
yang paling penting dalam semua aktivitas kehidupan manusia bukanlah kekuatan
secara fisik, kecerdasan berpikir dan pengetahuan atau wawasan yang luas,
walaupun semuanya itu penting dan mutlak dibutuhkan dalam bekerja untuk meraih
keberhasilan. Doa berada di atas semuanya itu. Oleh karena itu doa harus
menjadi bagian terpenting dan tidak boleh dilupakan dalam semua aktivitas yang
kita lakukan.
Dengan
mengawali semua aktivitas kita dengan doa, berarti telah menyerahkan semua yang
akan kita lakukan dan kerjakan kepada pimpinan Tuhan dan membiarkan Dia
terlibat dalam semua keputusan dan perencanaan. Semua perencanan yang dibangun
berdasarkan kecerdasan dan kemampuan manusia akan gagal kalau bukan Tuhan yang
melaksanakannya, “Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan TUHANlah yang
terlaksana.” (Ams. 19:21).
Doa
menjadi pondasi dari segala sesuatu yang kita bangun dengan kecerdasan dan
kemampuan kita. Itulah sebabnya Tuhan Yesus memulai pekerjaan atau
pelayanan-Nya memberitakan Injil dengan berdoa. Pagi-pagi buta Ia telah
membangun pondasi dari seluruh pelayanan-Nya dengan doa (ay. 35).
Sering
sekali kita lupa dan mengabaikan hal yang penting dari yang terpenting ini.
Hari ini Tuhan Yesus mengajar kita untuk memulai segala aktivitas pekerjaan dan
pelayanan kita dengan berdoa.
2.
Mulai Dari Yang Paling Mudah dan Sederhana (Ay.
36-38).
Ketika
seseorang melihat sesuatu yang lebih besar, pekerjaan yang lebih menjanjikan
masa depan, mereka lupa dengan kapasitas dirinya sehingga melupakan hal-hal
paling kecil dan yang sederhana sekalipun. Keinginannya yang besar tidak
diimbangi dengan kemampuannya yang besar. Keinginan yang besar harus dimulai dari yang paling mudah dan
sederhana atau dengan kata lain, sesuatu yang besar berawal dari sesuatu yang
kecil. Pengetahuan dan pemahaman ini akan menolong kita untuk tidak mengabaikan
hal-hal yang kecil dan sederhana.
Tuhan
Yesus tidak pergi ke tempat yang jauh untuk menjanggkau ladang pekerjaan yang
lebih besar sebelum Ia menyelesaikan pekerjaan yang terdekat dan mudah
dijangkau. Setelah selesai berdoa Ia mengajak murid-murid-Nya untuk pergi ke
kota-kota yang berdekatan (ay. 38). Artinya tempat yang paling mudah dijangkau
atau pekerjaan yang paling mudah untuk dikerjakan sebagai tahapan awal untuk
memulai pekerjaan berikutnya yang lebih besar.
Hal
ini penting untuk kita terapkan dalam pelayanan dan pekerjaan kita. Kita tidak
akan pernah bisa menjadi besar kalau kita mengabaikan hal-hal yang mudah dan
sederhana karena berambisi untuk cepat menjadi besar. Semua pekerjaan baik di
gereja maupun pekerjaan-pekerjaan lainnya di luar gereja berjalan mengikuti
proses dari tahapan yang paling mudah hingga kepada tahapan yang besar
sekalipun. Karena itu, mari kita lakukan dengan setia yang hal-hal yang mudah,
kecil dan sederhana yang akan mengantar kita kepada pekerjaan atau tanggung awab
yang lebih besar.
3.
Mengembangkan Kepada Pekerjaan Yang Lebih Luas
(Ay. 39a).
Mengembangkan
pekerjaan yang lebih besar adalah hal yang sudah biasa dilakukan oleh setiap
orang untuk mendapatkan hasil yang lebih besar bahkan sebisa mungkin menguasai
pangsa pasar di tengah-tengah persaingan yang besar.
Tuhan
Yesus melakukan hal yang sama setelah Ia menyelesaikian pekerjaan-Nya yang
lebih mudah. Ia melangkah lebih jauh lagi untuk menguasai semua suku-suku di
mana pekerjaan pemberitaan Injil dapat diterima oleh semua orang. Ia
mengembangkan pelayanan-Nya ke seluruh kota Galilea, “Lalu Pergilah Ia ke seluruh
Galilea”.
Tidak
terlalu sulit bagi-Nya untuk melangkah dan mengembangkan pelayanan-Nya ke
daerah-daerah yang lebih luas, karena yang pertama Ia telah memulainya dengan
doa dan menyelesaikan pekerjaan pelayanan-Nya mulai dari yang terdekat dan
mudah dijangkau. Keberhasilan pada tahap yang mudah, pada luar lingkup yang
kecil dan sederhana membawa-Nya untuk memandang kepada ladang yang lebih besar
untuk dikerjakan.
Ini
sekaligus menjadi contoh bagi kita dalam mengembangkan pelayanan di gereja,
supaya kita tidak puas dengan keberhasilan yang kini dipercayakan kepada kita,
tetapi juga harus mampu melihat keluar kepada ladang yang lebih luas.
4.
Menuntaskan Pekerjaan Yang Masih Ada (Ay.
39b-42).
Kepuasaan
seorang pekerja adalah menuntaskan pekerjaannya dengan baik. Tidak menyisakan
dan menunda pekerjaan yang masih ada dan yang masih bisa dikerjakan pada waktu
bersamaan.
Tuhan
Yesus menuntaskan pekerjaan-Nya dengan baik dan tidak meninggalkan proyek
mangkrak untuk dibiarkan atau dikerjakan oleh orang lain dikemudian hari.
Pekerjaan
apa saja yang dituntaskan oleh Tuhan Yesus, pertama-tama tujuan adalah
memberitakan Injil, “… supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku
telah datang” (ay. 38b), tetapi kemudian ada pekerjaan yang lain yang
harus dikerjakan secara bersamaan yaitu mengusir setan-setan (ay. 39b) dan
menyembuhkan orang-orang sakit (ay. 40-42).
Tuhan
Yesus tidak membiarkan setan-setan mengahantui keberadaan orang-orang yang
telah diajarkan firman Tuhan dan tidak juga meninggalkan mereka tetap berada
dalam penderitaan secara fisik oleh karena sakit penyakit. Tuhan Yesus
menuntaskan semuanya itu dalam satu pekerjaan sekaligus, karena setan-setan dan
sakit penyakit tentu akan menjadi penghalang orang-orang menerima berita Injil.
Dalam
pelayanan atau pekerjaan-pekerjaan lainnya
kita juga sering diperhadapkan dengan tugas tambahan yang sebenarnya bukan
menjadi tujuan dan perioritas kita, tetapi itu juga harus kita selesaikan
supaya tidak ada yang mengganggu keberhasilan pelayanan dan pekerjaan kita.
C. KESIMPULAN
Tuhan Yesus Melayani dengan pola-pola
sangat sederhana dan mudah untuk kita terapkan dalam pelayanan maupun dalam
pekerjaan kita.
Pola itu tersusun dengan sangat
sistematis yang diawali dengan doa atau penyerahan diri untuk sebuah tanggung
jawab yang besar, mulai mengerjakan yang paling mudah dijangkau atau
dikerjakan, mengembangkan ke ke tempat yang lebih luas dan menuntaskan
pekerjaan pelayanan-Nya dengan baik.
D. PENERAPAN
Apa yang bisa kita lakukan dalam
pekerjaan dan pelayanan kita? Mari kita menerapkan pola pelayanan atau
pekerjaan yang seperti yang Tuhan Yesus lakukan.
Tuhan Yesus memulai dengan doa dan
penyerahan diri dan dapat mengakhirinya dengan tuntas. Awal yang baik
menghasilkan akhir yang baik. Awal yang buruk akan menghasilkan akhir yang
buruk juga. Ketika kita mulai dengan Tuhan, maka kita akan menuai hasil yang
baik dan juga tuntas (bdk. Fil. 1:6). #MDS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berilah Komentar yang tidak mengandung sara. Komentar yang tidak sopan tidak mengikuti aturan akan di delete. Tuhan Yesus Memberkati...
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.