Bacaan
Alkitab: 1 Petrus 1: 3-7
Iman
Kristen selalu mengalami tantangan dari masa ke masa dan dari zaman ke zaman. Sekalipun
demikian iman Kristen tidak pernah menjadi lemah dan kehilangan kekuatannya
berkat keteguhan iman orang-orang yang telah berjuang mempertahankan harta
miliknya yang tidak dapat dibandingkan dan diukur dengan apapun yang dunia
berikan (bdk. Matius 5:10-12), dan juga oleh
berkat pemeliharaan kasih Allah sebagaimana yang dinyatakan dalam ayat 5, “Yaitu kamu, yang
dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu sementara kamu menantikan
keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir.”
Di dalam Alkitab tidak ada bagian yang menyebutkan bahwa iman
Kristen tidak mengalami pencobaan tetapi justru pencobaan itu adalah sebuah
sarana atau alat yang dipakai oleh Allah untuk memernikan iman kita. Dalam Yesaya
48: 10 mengatakan bahwa; “Sesungguhnya,
Aku telah memurnikan engkau, namun bukan seperti perak, tetapi Aku telah
menguji engkau dalam dapur kesengsaraan.” Penulis Mazmur mengatakan bahwa, “Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya
aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu” (Mzm.
119: 71). Yakobus menguraikan lebih jelas lagi tentang tujuan dari
pencobaan itu sehingga ia memandangnya sebagai suatu kebahagiaan, “Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu
kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu,
bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah
ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan
utuh dan tak kekurangan suatu apa pun.”
(Yak. 1:2-4). Hal ini sejalan dengan apa yang difirmankan oleh Tuhan Yesus
dalam Matius 5:10-12).
Tuhan Yesus mengatakan, bahwa penderitaan yang dialami oleh umat
Tuhan sampai saat ini diberbagai belahan dunia sudah dialami oleh nabi-nabi
terdahulu, “Bersukacita dan
bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya
nabi-nabi yang sebelum kamu.” (Mat. 5:12). Mereka mempertahankan kemurnian
imannya karena mereka tahu siapa Allah yang mereka sembah.
Bagaimana
dengan rasul-rasul dalam Perjanjian Baru? Mereka semua mengalami penderitaan
yang sama oleh karena imannya kepada Kristus. Yang pertama mati karena
kebenaran adalah Kristus, kemudian setelah Tuhan Yesus naik ke sorga, adalah
Stefanus (Kis. 6-8). Stefanus mati karena imannya kepada Kristus kurang lebih 6
tahun setelah penyaliban Tuhan Yesus, yaitu pada tahun 35 Masehi. Lukas
mencatat bahwa pada waktu itu terjadi penganiayaan yang hebat (Kis. 8:1). Setelah
Stefanus, Yakobus (Kis. 12:2), kemudian Filipus, Matius, Yakobus saudara Tuhan Yesus, Matias yang
menggantikan Yudas Iskariot, Andreas, Markus, Petrus, Paulus, Yudas saudara
Yakobus, Bartolomius, Thomas, Lukas, Simon orang Zelot, Barnabas, dan Yohanes
saudara Yakobus. Mereka semua menjadi Martir. Mereka tetap mempertahankan
kemurnian imannya sampai mereka mati.
Bagaimana
kita mempertahankan kemurnian iman kita sebagai umat Tuhan? Apakah penganiayaan
dan pencobaan menjadi tantangan terberat untuk bertahan? Itu tentu, namun mari
kita perhatikan apa yang disampaikan kepada kita oleh Rasul Petrus untuk
membuktikan kemurnian iman kita kepada Kristus.
1.
Percaya
Hanya Kepada Kristus Sebagai Satu-Satunya Sumber Pengharapan Akan Keselamatan
(Ay. 3-5).
Iman
Kristen adalah kepercayaan kepada Allah yang hidup. Kristus telah membuktikan
bahwa diri-Nya adalah Allah yang hidup melalui kebangkitan-Nya. Oleh kebangkitan-Nya
itulah iman kita diperbaharui sehingga kita memiliki pengharapan (Ay. 3).
Kebangkitan
Kristus menjadi dasar pembaharuan iman Kristen. Iman Kristen adalah Kristus
yang hidup. Dia menyebut diri-Nya sebagai kebangkitan dan hidup, dan
barangsiapa yang percaya kepada-Nya, ia akan hidup walaupun ia sudah mati (Yoh.
11:25). Dia menjamin bahwa kita akan hidup dalam kekekalan bersama-Nya (Yoh.
14:6) itulah yang disebut sebagai bagian yang tidak dapat binasa, tidap dapat cemar
dan tidak dapat layu, yang tersimpan di Sorga bagi kamu (Ay. 4).
Jadi,
iman Kristen hanya bertaut kepada Kristus. Kristen tanpa Kristus tidak dapat
disebut sebagai Kristen. Kristus adalah sumber satu-satu dari segala pengharapan
akan keselamatan. Tidak ada keselamatan
selain di dalam Kristus, “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di
dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan
kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.” (Kis. 4:12).
Kalau ada keraguan tentang kepastian akan keselamatan dalam
Kristus, maka iman kita sedang terinveksi “virus kematian”. Kristus harus menjadi sumber dari segala
pengharapan akan keselamatan (Ay. 3-4, bdk. Kol. 1: 27).
2.
Iman
Yang Sudah Teruji Melalui Sebuah Proses Pemurnian (Ay. 6-7).
Seperti yang sudah disebutkan
tadi bahwa pencobaan adalah sarana yang Tuhan pakai untuk menguji kemunian kita
kita. Itulah sebabnya Petrus memandang positif apabila kita sedang berada dalam
pencobaan. Hal ini terungkap jelas melalui pernyataannya, “Bergembiralah akan hal itu, sekalipun
sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan.”
(Ay. 6).
Ada dua kata yang berpadanan
yang digunakan untuk merespon setipa pencobaan itu, yaitu “bergembira” dan “bersukacita”.
Pencobaan adalah sebuah proses yang membawa iman Kristen kepada mutu dan
kualitas yang murni. “Maksud semuanya itu
ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu yang jauh lebih tinggi nilainya dari
pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api sehingga kamu
memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus
menyatakan diri-Nya.” (Ay. 7).
Untuk menadi besar,
kita harus melewati sebuah fase kehidupan, entah itu susah ataupun senang,
tujuanlah yang menggerakkan kita untuk terus berjuang, seperti emas yang harus melalui sebuah proses pemurnian dalam
api. Demikian proses pemurnian iman kita kepada Kristus sehingga akhirnya kita
memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan
kehormatan dari Kristus.
Jika kita melihat
tujuan kita lebih besar, maka pencobaan yang menjadi kecil. Tetapi jika kita
melihat tujuan kita lebih kecil, maka kita akan melihat pencobaan itu menjadi
besar dan kita tidak akan bertahan melewati sebuah proses (bdk. Perempuan
Kanaan dalam Matius 15:21-28).
Kesimpulan
Kemurnian Iman Kristen adalah percaya kepada Kristus sebagai satu-satunya
sumber pengharapan akan keselamatan. Kebangkitan-Nya dari antara orang mati
telah memperbaharui iman Kristen bahwa kita percaya kepada Allah yang hidup.
Kemurnian iman Kristen adalah iman yang sudah berhasil melewati
sebuah proses yang disebut pencobaan. Memandang positif setiap pemcobaan, yaitu
untuk menentukan nilai, mutu dan kualitas keimanan kita.
Bagaimana dengan iman kita? Apakah iman kita kepada Kristus
benar-benar murni? Hari ini Tuhan Yesus menghendaki kita untuk percaya
kepada-Nya. Percaya bukan hanya sekedar percaya tetapi menyerahkan totalitas
kehidupan kita kepada-Nya. Dialah sumber kekuatan dan penghiburan kita ketika
kita mengalami berbagai-bagai pencobaan. TUHAN Yesus memberkati. #Ketut Mardiasa