"DIALAH YANG KAMI BERITAKAN, APABILA TIAP-TIAP ORANG KAMI NASIHATI DAN TIAP-TIAP ORANG KAMI AJARI DALAM SEGALA HIKMAT, UNTUK MEMIMPIN TIAP-TIAP ORANG KEPADA KESEMPURNAAN DALAM KRISTUS. ITULAH YANG KUUSAHAKAN DAN KUPERGUMULKAN DENGAN SEGALA TENAGA SESUAI DENGAN KUASA-NYA, YANG BEKERJA DENGAN KUAT DI DALAM AKU." (KOLOSE 1:28-29)

KEMURNIAN IMAN KRISTEN

Bacaan Alkitab: 1 Petrus 1: 3-7


Iman Kristen selalu mengalami tantangan dari masa ke masa dan dari zaman ke zaman. Sekalipun demikian iman Kristen tidak pernah menjadi lemah dan kehilangan kekuatannya berkat keteguhan iman orang-orang yang telah berjuang mempertahankan harta miliknya yang tidak dapat dibandingkan dan diukur dengan apapun yang dunia berikan (bdk. Matius  5:10-12), dan juga oleh berkat pemeliharaan kasih Allah sebagaimana yang dinyatakan dalam ayat 5, “Yaitu kamu, yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu sementara kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir.



Di dalam Alkitab tidak ada bagian yang menyebutkan bahwa iman Kristen tidak mengalami pencobaan tetapi justru pencobaan itu adalah sebuah sarana atau alat yang dipakai oleh Allah untuk memernikan iman kita. Dalam Yesaya 48: 10 mengatakan bahwa; “Sesungguhnya, Aku telah memurnikan engkau, namun bukan seperti perak, tetapi Aku telah menguji engkau dalam dapur kesengsaraan.” Penulis Mazmur mengatakan bahwa, “Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu” (Mzm. 119: 71). Yakobus menguraikan lebih jelas lagi tentang tujuan dari pencobaan itu sehingga ia memandangnya sebagai suatu kebahagiaan, “Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apa pun.” (Yak. 1:2-4). Hal ini sejalan dengan apa yang difirmankan oleh Tuhan Yesus dalam Matius 5:10-12).



Tuhan Yesus mengatakan, bahwa penderitaan yang dialami oleh umat Tuhan sampai saat ini diberbagai belahan dunia sudah dialami oleh nabi-nabi terdahulu, “Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu.” (Mat. 5:12). Mereka mempertahankan kemurnian imannya karena mereka tahu siapa Allah yang mereka sembah.



Bagaimana dengan rasul-rasul dalam Perjanjian Baru? Mereka semua mengalami penderitaan yang sama oleh karena imannya kepada Kristus. Yang pertama mati karena kebenaran adalah Kristus, kemudian setelah Tuhan Yesus naik ke sorga, adalah Stefanus (Kis. 6-8). Stefanus mati karena imannya kepada Kristus kurang lebih 6 tahun setelah penyaliban Tuhan Yesus, yaitu pada tahun 35 Masehi. Lukas mencatat bahwa pada waktu itu terjadi penganiayaan yang hebat (Kis. 8:1). Setelah Stefanus, Yakobus (Kis. 12:2), kemudian Filipus, Matius,  Yakobus saudara Tuhan Yesus, Matias yang menggantikan Yudas Iskariot, Andreas, Markus, Petrus, Paulus, Yudas saudara Yakobus, Bartolomius, Thomas, Lukas, Simon orang Zelot, Barnabas, dan Yohanes saudara Yakobus. Mereka semua menjadi Martir. Mereka tetap mempertahankan kemurnian imannya sampai mereka mati.



Bagaimana kita mempertahankan kemurnian iman kita sebagai umat Tuhan? Apakah penganiayaan dan pencobaan menjadi tantangan terberat untuk bertahan? Itu tentu, namun mari kita perhatikan apa yang disampaikan kepada kita oleh Rasul Petrus untuk membuktikan kemurnian iman kita kepada Kristus.



1.      Percaya Hanya Kepada Kristus Sebagai Satu-Satunya Sumber Pengharapan Akan Keselamatan (Ay. 3-5).



Iman Kristen adalah kepercayaan kepada Allah yang hidup. Kristus telah membuktikan bahwa diri-Nya adalah Allah yang hidup melalui kebangkitan-Nya. Oleh kebangkitan-Nya itulah iman kita diperbaharui sehingga kita memiliki pengharapan (Ay. 3).



Kebangkitan Kristus menjadi dasar pembaharuan iman Kristen. Iman Kristen adalah Kristus yang hidup. Dia menyebut diri-Nya sebagai kebangkitan dan hidup, dan barangsiapa yang percaya kepada-Nya, ia akan hidup walaupun ia sudah mati (Yoh. 11:25). Dia menjamin bahwa kita akan hidup dalam kekekalan bersama-Nya (Yoh. 14:6) itulah yang disebut sebagai bagian yang tidak dapat binasa, tidap dapat cemar dan tidak dapat layu, yang tersimpan di Sorga bagi kamu (Ay. 4).



Jadi, iman Kristen hanya bertaut kepada Kristus. Kristen tanpa Kristus tidak dapat disebut sebagai Kristen. Kristus adalah sumber satu-satu dari segala pengharapan akan keselamatan.  Tidak ada keselamatan selain di dalam Kristus, “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.” (Kis. 4:12).



Kalau ada keraguan tentang kepastian akan keselamatan dalam Kristus, maka iman kita sedang terinveksi “virus kematian”.  Kristus harus menjadi sumber dari segala pengharapan akan keselamatan (Ay. 3-4, bdk. Kol. 1: 27).



2.      Iman Yang Sudah Teruji Melalui Sebuah Proses Pemurnian (Ay. 6-7).



Seperti yang sudah disebutkan tadi bahwa pencobaan adalah sarana yang Tuhan pakai untuk menguji kemunian kita kita. Itulah sebabnya Petrus memandang positif apabila kita sedang berada dalam pencobaan. Hal ini terungkap jelas melalui pernyataannya, “Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan.” (Ay. 6).



Ada dua kata yang berpadanan yang digunakan untuk merespon setipa pencobaan itu, yaitu “bergembira” dan “bersukacita”. Pencobaan adalah sebuah proses yang membawa iman Kristen kepada mutu dan kualitas yang murni. “Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya.” (Ay. 7).



Untuk menadi besar, kita harus melewati sebuah fase kehidupan, entah itu susah ataupun senang, tujuanlah yang menggerakkan kita untuk terus berjuang, seperti emas yang  harus melalui sebuah proses pemurnian dalam api. Demikian proses pemurnian iman kita kepada Kristus sehingga akhirnya kita memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan dari Kristus.



Jika kita melihat tujuan kita lebih besar, maka pencobaan yang menjadi kecil. Tetapi jika kita melihat tujuan kita lebih kecil, maka kita akan melihat pencobaan itu menjadi besar dan kita tidak akan bertahan melewati sebuah proses (bdk. Perempuan Kanaan dalam Matius 15:21-28).



Kesimpulan

Kemurnian Iman Kristen adalah percaya kepada Kristus sebagai satu-satunya sumber pengharapan akan keselamatan. Kebangkitan-Nya dari antara orang mati telah memperbaharui iman Kristen bahwa kita percaya kepada Allah yang hidup.



Kemurnian iman Kristen adalah iman yang sudah berhasil melewati sebuah proses yang disebut pencobaan. Memandang positif setiap pemcobaan, yaitu untuk menentukan nilai, mutu dan kualitas keimanan kita.



Bagaimana dengan iman kita? Apakah iman kita kepada Kristus benar-benar murni? Hari ini Tuhan Yesus menghendaki kita untuk percaya kepada-Nya. Percaya bukan hanya sekedar percaya tetapi menyerahkan totalitas kehidupan kita kepada-Nya. Dialah sumber kekuatan dan penghiburan kita ketika kita mengalami berbagai-bagai pencobaan. TUHAN Yesus memberkati. #Ketut Mardiasa

ORANG BENAR AKAN BERCAHAYA SEPERTI MATAHARI

Bacaan Alkitab: Matius 13:43
“Pada waktu itulah orang-orang benar akan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Bapa mereka. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar.” Ayat ini tidak berdiri sendiri. Oleh karena itu untuk memahami ayat ini secara utuh dan benar maka kita harus membaca juga konteks ayat ini secara keseluruhan khususnya Matius 13:24-30, 36-43. Tanpa kita memahami konteks ini secara keseluruhan maka ayat 43 yang menjadi thema ini tidak akan kita temukan arti yang sebenarnya dan pasti cenderung salah.
Kita dapat mulai memahami dari ayat 24, “Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kata-Nya: "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama orang yang menaburkan benih yang baik di ladangnya.”  Tuhan Yesus berbicara tentang Kerajaan Sorga. Apa itu kerajaan Sorga? Apakah yang dimaksudkan adalah Sorga ke mana kita akan pergi setelah kita mati? Ternyata tidak, tetapi berbicara tentang kehidupan orang-orang benar di dunia ini. Hal in dapat kita lihat dari penjelasan Tuhan Yesus dalam ayat 38, “ladang ialah dunia. Benih yang baik itu anak-anak Kerajaan dan lalang anak-anak si jahat.”
Berbicara tentang kerajaan Sorga adalah berbicara tentang kebenaran dan yang berhubungan dengan Allah, “Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus.” (Rm. 14:17), itulah sebabnya Tuhan Yesus berfirman, “Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.” (Mat. 5:10).
Orang-orang benar diumpamakan seperti benih yang baik yang ditaburkan di ladang, tetapi iblis juga menaburkan benih yang tidak baik di ladang yang sama (bdk. 25, 39). Di situlah benih-benih yang baik atau orang benar dan benih-benih yang tidak baik atau anak-anak si jahat tumbuh bersama. Tentu akan menjadi tantangan tersendiri bagi benih-benih yang baik itu untuk tumbuh sampai waktu menuai, yaitu akhir zaman. Pada akhirnya Tuhan Yesus berfirman bahwa orang-orang benar atau anak-anak kerajaan akan bersinar seprti matahari dalam kerajaan Bapa mereka (Ay. 43).
Bersinar seperti matahari artinya bahwa mereka akan sampai pada puncak kejayaan, kemenangan, sukacita dan kebahagiaan setelah berhasil melewati tantangan berat hidup dan tumbuh bersama-sama dengan anak-anak dari si jahat. Pertanyaannya, bagaimana orang-orang benar dapat sampai pada tahap tersebut?
Pertama, Orang-orang Benar Harus Bertahan Menghadapi Tantangan Dari Dunia Yang Jahat. Mulai dari baru tumbuh benih-benih yang baik yang disebut gandum itu harus berhadapan dengan kejahahatan, yaitu benih-benih yang tidak baik yang disebut lalang (bdk. Ay. 26) Gandum itu harus tumbuh di antara lalang-lalang sampai waktunya menuai, sebab kalau lalang-lalang itu dicabut, maka kemungkinan besar gandum-gandum itu juga akan tercabut karena akarnya sudah saling kait mengaiat. Jalan satu-satunya adalah membiarkan tumbuh bersama-sama (bdk. Ay. 28-29).
Ini adalah sebuah tantangan antara hidup dan mati, antara maju dan mundur, dan antara bertahan atau menyerah. Namun inilah sebuah realitas yang harus dialami oleh semua orang yang hidup dalam kebenaran atau sebagai anak-anak kerajaan. Kalau kita menyerah berarti kita meleburkan diri ke dalam kehidupan yang jahat sekalipun tidak melakukan kejahatan namun pada akhirnya akan mati dan binasa (bdk. Ay. 40-42).
Jalan satu-satunya yang harus kita lalui adalah bertahan betapapun kerasnya tantangan dunia yang selalu memaksa kita untuk menyerah. Apapun yang kita miliki boleh saja habis tetapi Yesus harus tetap menjadi milik kita selamanya. Hak-hak kita dirampas, kebebasan kita dirampas tetapi iman kita kepada Tuhan tidak dapat dirampas (bdk. Kol. 1:23, 2: 6-7). Ini adalah langkah awal menuju puncak kemenangan di mana orang-orang benar akan bercahaya seperti matahari.
Kedua, Orang-Orang Benar Harus Konsisten Hidup Dalam Kebenaran. Karena hidup tengah-tengah lingkungan yang dominan maka orang-orang yang jumlahnya sedikit cenderung mengikuti pola kehidupan orang banyak tanpa memperhitungkan baik buruk, salah dan benarnya. Tetapi jika kita konsisten dengan kebenaran yang kita hidupi sebesar apapun pengaruh yang ada di sekitar lingkungan kita, kita tidak akan tergoyahkan.
Gandum-gandum yang hidup dan tumbuh bersama-sama dengan lalang-lalang yang sangat berbahaya itu, bulir-bulirnya jika tercampur dengan bulir-bulir gandum dan di makan, maka itu bisa menyebabkan kematian, namum gandum itu tetap konsisten menunjukkan jati diri sebagai benih-benih yang baik, ia tumbuh dan menghasilkan buah. Ia tidak berubah menjadi benih yang tidak baik.
Demikian juga orang-orang benar harus tetap konsisten dengan kebenaran. Ia tidak boleh menjadi jahat ketika hidup di tengah-tengah lingkungan yang jahat, tetap memiliki iman kepada Yesus di tengah-tengah masyarakat yang tidak percaya kepada-Nya. Iman kita tidak boleh latah, penyakit saraf yang suka meniru-niru perbuatan, perkataan dan pola hidup orang lain walaupun memiliki kehidupan dan keyakinan yang berbeda sama sekali. Kita harus tetap konsisten dengan iman dan kebenaran yang kita miliki. Kebenaran tidak dapat bersatu dengan ketidakbenaran seperti terang dangan gelap, seperti minyak dangan air dsb.
Jika kita tidak konsisten, kita akan mudah terpengaruh dengan lingkungan, maka kita akan binasa besama-sama dengan mereka (bdk. 40-42).
Ketiga, Orang-orang Benar Harus Memberi Buah-Buah Kebenaran. Hidup orang benar itu memberi buah. Buah itu adalah tanda kehidupan. Artinya bahwa orang benar itu harus membuktikan bahwa dirinya hidup dalam kebenaran. Bukan saja hanya bisa bertahan dalam menghadapi tantangan, bukan hanya konsisten menghidupi kebenaran tetapi juga memberikan teladan hidup.
Gandum itu bisa tumbuh, bertahan dan tidak dipengaruhi oleh lingkungannya yang jahat, tetapi ia membuktikan bahwa ia hidup dengan menghasilkan buah (bdk. 26a, 30). Ketika musim menuai maka gandum-gamdum itu akan dimasukkan ke dalam lumbung. Lumbung adalah gambaran tentang Sorga, artinya orang yang menghasilkan buah-buah kebenaran akan masuk ke dalamnya sama seperti bulir-bulir gandum itu dimasukkan ke dalam lumbung.
Demikianlah orang-orang benar harus memberi buah-buah kebenaran sebagaimana juga yang menjadi kerinduan rasul Paulus supaya orang-orang yang percaya kepada Tuhan itu bertumbuh dan menghasilkan buah kebenaran (bdk. Fil. 1:9-11).
Kesimpulan:
Ketika orang-orang benar bertahan menghadapi beratnya tantangan di dunia ini dengan berbagai kejahatan, ketika orang-orang benar konsisten menghidupi kebenaran, mempertahankan iman di tengah-tengah lingkungan yang dominan dan ketika orang-orang benar mampu memberi buah, maka ia akan sampai kepada puncak kejayaan, kemenangan pada akhir zaman. Ia akan bercahaya seperti matahari (Ay. 43).
Sebuah peringatan yang sangat serius kepada kita untuk memperkatikan dengan seksama tentang perumpamaan ini, “siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar”.  Jangan sampai kita binasa bersama-sama dengan mereka yang binasa. Tumbuhlah seperti gandum walaupun besar tantangannya dan jangan menjadi lalang-lalang yang berbahaya bagi lingkungan dan komunitasnya. Tuhan Yesus memberkati.

MENTARI YANG TETAP BERSINAR DI BALIK GELAPNYA AWAN

Bacaan Alkitab: Matius 5:10-12

Gelapnya awan yang menutupi seantero mayapada tidak akan pernah membuat sinar sang surya meredup dan berhenti memancarkan cahayanya untuk memberi kehangatan dan kehidupan bagi semesta raya. Di balik awan yang gelap ia terus bersinar ke segala penjuru alam dan tidak ada satu pun yang dapat membuatnya berhenti untuk bersinar kecuali pada waktu yang sudah Tuhan tentapkan (Bdk. Mat. 24:29).

Mentari yang terus bercahaya di balik gelapnya awan ibarat kehidupan orang-orang yang mengasihi Tuhan, ia harus tetap bersinar dibalik beratnya tekanan sebagai orang-orang yang percaya kepada Tuhan. Ada waktunya bahwa orang-orang percaya akan dianiaya, dicela dan difitnahkan segala yang yang jahat, namun hendaknya hal itu tidak membuat orang-orang percaya menyerah lalu meninggalkan Tuhan (Yoh. 16:1-4a), melainkan tetap bersukacita karena di balik semua itu ada pengharapan yang bernilai kekal. Tidak selamanya awan gelap akan menutupi cahaya sinar sang mentari.

Nama Kristen bermula dari sebuah ejekan terhadap kelompok yang menamakan dirinya sebagai pengikut Kristus, namun seiring dengan perkembangan waktu para pengikut Kristus semakin banyak oleh pemberitaan firman Tuhan oleh rasul-rasul dan bapa-bapa gereja, kemudian Kristen menjadi sebuah wadah yang disebut dengan agama Kristen. Kristen tumbuh dan terus bertumbuh dari penganiayaan-penganiayaan dari zaman ke zaman, ia melewati gelapnya awan kehidupan yang sering sekali memaksa orang-orang Kristen meninggalkan Tuhan, namun berkat keteguhan iman dari orang-orang percaya yang yakin akan pengharapan kekal, Kristen terus bercahaya sampai hari ini. Gereja Kristus akan tetap ada sampai kepada kesudahannya. Nyanyian Kemenangan Iman (NKI) bait ke 4 mengatakan bahwa;

Kuasa duniawi timbul tenggelam
Tapi Gereja Kristus takkan terbenam
Alam maut tak sanggup menjatuhkannya
Kristus memenuhi isi janji-Nya.

Dalam ucapan bahagia dalam Matius 5:1-12, Tuhan Yesus memberi perhatian khusus tentang masalah penganiayaan. Dari delapan ucapan bahagia mulai “berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah” sampai “berbahagialah orang yang membawa damai” masing-masing terdiri dari satu ayat, namun ketika sampai pada ucapan “berbahagialah orang yang dianiaya” terdiri dari tiga ayat. Ini mengindikasikan bahwa hal tersebut sangat penting untuk diperhatikan oleh orang-orang percaya mengingat penganiayaan terlalu riskan membuat orang-orang percaya menjadi murtad dan meninggalkan Tuhan seperti yang diperingatkan dalam Yohanes 16:1-4a.

Tuhan Yesus mau menguatkan pendengarnya bahwa di balik penganiayaan ada pengharapan kekal, oleh karena itu ada tiga kata yang penting dan sepadan diucapankan-Nya, yaitu; Berbahagialah, Bersukacita dan Bergembiralah. Kata-kata ini adalah kata-kata motivasi di tengah-tengah penganiayaan yang harus dialami oleh umat Tuhan. Iman kita tidak boleh meredup bahkan menjadi mati melainkan tetap hidup dan tak terpadamkan, seperti mentari yang terus bersinar di balik gelapnya awan. Sebuah lagu yang sudah sangat lama kiranya menjadi komitmen kita di hadapan Tuhan:

Dalam suka duka kukan tetap tersenyum
Diolok, dihina kukan tetap tersenyum
Kar’na kutahu Yesus Tuhan besertaku
Apapun terjadi kukan tetap tersenyum.

Kekayaan, kemewahan boleh kau ambil
Kekuatan, kedudukan boleh kau ambil
Asalkan jangan kau ambil Yesus Tuhanku
Apapun terjadi kukan tetap tersenyum

Mengapa kita tidak boleh menjadi lemah tetapi justru harus berbahagia, bersukacita dan bergembira?

1.    Di Balik Gelapnya Awan Kita Punya Kekayaan Yang Tidak Nampak oleh Mata Dunia (Ay. 10).

Apa kekayaan yang tidak Nampak oleh mata dunia? Yaitu warisan yang diberikan oleh Bapa kepada anak-anak-Nya, warisan yang tidak dapat direbut, dialihtangankan dan tidak menimbulkan pertetangan atau konflik dengan sesama hak waris, yaitu Sorga.

Kita tidak pernah mengklaim sorga itu milik kita, tetapi Tuhan Yesus telah menyatakan kepada kita bahwa Sorga itu milik kita yang hidup karena kebenaran dan percaya kepada Kristus sekalipun kita harus melewati tantangan iman, yaitu penderitaan dan penganiayaan. Itulah sebabnya juga rasul Petrus berkata; Tetapi sekalipun kamu harus menderita juga karena kebenaran, kamu akan berbahagia. Sebab itu janganlah kamu takuti apa yang mereka takuti dan janganlah gentar” (1 Ptr. 3:14).

Yang membuat kita bertahan dalam penganiayaan adalah karena kita mempertahankan hak waris kita yang tak tergantikan oleh kekayaan apapun yang ada di dunia ini. Ketika kita meninggalkan dunia ini dengan segala yang kita miliki, kekayaan yang lebih besar akan kita terima dari Tuhan. Kita meninggalkan warisan yang kita miliki dunia untuk orang yang masih hidup dunia ini dan kita akan menerima warisan dari Tuhan yang bernilai kekekalan di dalam kerajaan Sorga. Inilah pengharapan yang membuat kita tetap berbahagia, bergembira dan bersukacita di balik penderitaan dan penganiayaan yang harus dialami oleh anak-anak Tuhan. Mentari tak pernah meredup dan tetap bersinar di balik gelapnya awan.

2.    Di Balik Gelapnya Awan Kita Punya Pengharapan Yang Tidak Dapat Diberikan Oleh Dunia (Ay. 11-12).

Selain kekayaan yang bernilai kekal yang sudah menjadi milik kita, kita juga memiliki pengharapan, yaitu pemberiaan Allah sebagai hadiah kepada mereka yang sudah teruji melewati penderitaan dan penganiayaan karena Kristus, “karena upahmu besar di Sorga”. Celaan, hinaan dan fitnah segala yang jahat tidak akan berarti dibandingkan pemberian Kristus. Kristuslah yang harus menjadi sumber pengharapan kita. Rasul Petrus mengatakan bahwa; Berbahagialah kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus, sebab Roh kemuliaan, yaitu Roh Allah ada padamu. (1 Ptr. 4:14).

Tentang “upah yang besar” yang akan kita terima, Tuhan Yesus tidak memberi keterangan apapun tentang hal itu, namun karena ini tidak menyangkun hal-hal yang bersifat materi yang fana, maka kita dapat menangkapnya dengan iman bahwa apa yang Tuhan berikan sebagai upah adalah bagian dari kebahagiaan kita dan kemuliaan nama Tuhan. Namun ada penafsir yang menafsirkan bahwa upah yang akan kita terima adalah;

1.    Mahkota Kebenaran. Diberikan kepada mereka yang merindukan kedatangan Tuhan (Bdk. 2 Tim. 4:8).
2.    Mahkota Kehidupan. Diberikan kepada mereka yang mati karena Kristus (mati syahid) dan yang bertahan dalam pencobaan (Bdk. Why. 2:10; Yak. 1:12; Rm. 6:6-11).

3.    Mahkota Abadi. Diberikan kepada mereka yang mampu menguasai diri dalam pertandingan iman (Bdk. 1 Kor. 9:24-27).

4.    Mahkota Sukacita. Diberkan kepada orang yang dengan giat memberitakan Injil (Bdk. 1 Tes. 2:19; Fil. 4:1; Luk. 15:7).

5.    Mahkota Kemuliaan. Diberikan kepada orang-orang yang dengan setia menggembalakan domba-domba Allah (Bdk. 1 Ptr. 5:4; Ef. 4:11-16; Ams. 4:7-9).

Ada dua hal penting yang menjadi kekuatan iman kita di balik penganiayaan yang kita hadapi. Pertama tentu karena kita memiliki pengharapan yang tidak mungkin diberikan kepada dunia sebagai upah yang besar dan kedua adalah karena para nabi juga mengalami penderitaan yang sama (Ay. 12; Bdk. 2 Taw. 36:16; Kis. 7:52). Kalau kita dianiaya, dicela dan fitnahkan segala yang jahat, itu adalah bagian yang memang harus terjadi, bukan bermaksud untuk mencelakan melainkan supaya kita menjadi kuat, sempurna dan utuh, tidak kekurangan sesuatu apapun (Bdk. Yak. 1:2-4).

KESIMPULAN:
Mentari akan terus bercahaya memancarkan cahayanya dibalik gelapnya awan, tidak akan meredup dan berhenti untuk bersinar. Kehidupan orang-orang percaya tidak boleh menjadi lemah karena penderitaan dan penganiayaan. Dibalik penganiayaan tersimpan kekayaan yang dunia tidak pernah tahu tetapi yang terus kita pertahankan. Di balik pencobaan dan penganiayaan, Tuhan siapkan upah yang besar di Sorga, karena itu, berbahagialah, bersukacita dan bergembiralah.

Jangan padamkan semangat kita dalam mengikut Tuhan, karena demikianlah yang harus terjadi bagi orang-orang percaya untuk memperoleh bagian yang tak dapat layu yang disediakan oleh Allah bagi kita dan yang bertahan dalam pencobaan dan penganiayaan. Dunia boleh menbenci kita asalkan jangan kita kehilangan Kristus sebagai sumber pengharapan kita. Mari tunjukkan kepada dunia bahwa kita memiliki Kristus, memiliki segalanya. Tuhan Yesus memberkati. #KetutMardiasa

BERTEKUN DALAM PENCOBAAN

Bacaan Alkitab: Yohanes 16:1-4a 
(KHOTBAH Minggu, 03 Juni 2018)
Realitas dunia ini telah mempertontonkan kepada kita tentang semua peristiwa yang telah terjadi di berbagai belahan dunia, yang diberitakan melalui media masa maupun media elektronik tanpa terkecuali juga media sosial yang turut meramaikan baik yang diberitakan secara terbuka maupun secara tertutup. Berkat kecanggihan ilmu pengetahuan dan teknologi semua tidak dapat dibendung tanpa terkecuali berita-berita tentang politik, peperangan, perampokan, pemerkosaan, pembunuhan dan yang paling banyak menimbulkan ketakutan dan kehilangan rasa aman adalah berita tentang terorisme. Terorisme bisa datang kapan saja dan di mana saja. Mereka hadir minimal menimbulkan efek takut dan maksimal kematian banyak orang lain. Yang menjadi sasaran mereka adalah orang-orang atau kelompok-kelompok atau instansi-instansi yang menurut mereka bertentangan dengan paham mereka dan target utamanya adalah membunuh orang-orang yang menurut pandangan mereka adalah orang kafir. 
Di Indonesia misalnya sebuah situs berita terpercaya menyebutkan bahwa pasca reformasi pembakaran gereja termasuk yang dibom capai 1000-an kasus. Pada zaman B.J Habibie 162 Kasus, Abdulrahman Wahid 360 kasus, Megawati Sukarnoputri 160 kasus dan Susilo Bambang Yudoyono 500-an kasus. Berita ini dimuat pada Rabu, 14 Oktober 2015 oleh CNN Indonesia dan diberitakan kembali oleh Jawaban.com pada Jumat, 16 Oktober 2015. Bagaimana pada zaman pemerintahan Joko Widodo sampai tahun 2018? Belum ada data atau sumber yang menyebutkan atau memberitakan, namun  yang jelas gereja masih saja mengalami penganiayaan. 
Terakhir yang masih hangat di ingatan kita adalah kasus pengeboman di 3 gereja oleh satu anggota keluarga di Surabaya pada hari Minggu, 13 Mei 2018 yang menewaskan 5 orang di gereja Katolik dan 7 orang di gereja Pentakosta baik anak-anak maupun orang dewasa, dan banyak yang dirawat di rumah sakit. Pelakunya adalah orang-orang yang menganggap dirinya sebagai pejuang-pejuang di “jalan Allah”. Mengganggap bahwa apa yang dilakukannya adalah wujud bakti kepada Allah dan menganggap orang lain yang tidak sepaham adalah kafir dan darahnya halal untuk ditumpahkan. Maka genaplah akan yang difirmankan oleh Tuhan Yesus; “Kamu akan dikucilkan, bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah” (Ay. 2).
Pertanyaannya, sampai kapan gereja akan mengalami penganiayaan? Sampai kapan orang Kristen beribadah dijaga polisi? Tuhan Yesus tidak memberikan batasan waktu sampai kapan, tetapi Ia memperingatkan kita bahwa “akan datang saatnya”. Tuhan Yesus memberikan peringatan dini kepada murid-murid-Nya yang kemudian diteruskan kepada umat Tuhan sampai sekarang ini. Tujuan dari peringatan itu adalah supaya apabila tiba saatnya orang-orang percaya tidak menjadi kecewa dan meninggalkan imannya kepada Kristus, melainkan terus bertekun dalam iman sekalipun dalam pencobaan berat, Semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya kamu jangan kecewa dan menolak Aku.” (Ay. 1).
Mengapa kita harus bertekun? Ada beberapa alasan mengapa kita harus bertekun;
Pertama, Supaya kita tetap kuat dalam menghadapi ujian iman/ pencobaan (Ay. 1-3). Tujuan utama dari pencobaan adalah berusaha melumpuhkan kemampuan kita untuk percaya kepada Tuhan, melemahkan kekuatan kita untuk bertahan dan membunuh karakter kita untuk memahami kehendak Tuhan. 
Tuhan Yesus berfirman bahwa akan datang saatnya seseorang atau sekelompok orang yang mengganggap dirinya berbakti kepada Allah akan membunuh kamu (Ay. 2). Pada saat itu orang-orang percaya akan mengalami penganiayaan yang berat yang tentu akan berefek pada psikologis dan keimanan seseorang yang pada akhirnya mereka akan kecewa dan meninggalkan Tuhan Yesus (Ay. 1), tetapi peringatan dini Tuhan Yesus akan menolong banyak orang untuk tetap bertekun dalam iman atau bertahan dalam beratnya pencoban. Tuhan Yesus memberitahukan semua ini supaya ketika tiba saatnya hal itu terjadi mereka tetap kuat dan terus bertahan atau tidak menyerah dan tidak menyalahkan Tuhan.
Dengan bertekun, kita telah belajar memahami bahwa semua peristiwa yang  terjadi adalah sesuatu yang harus terjadi mengingat bahwa apa yang mereka lakukan karena mereka tidak mengenal Allah yang benar (Ay.3) dan kita juga dapat mengerti bahwa status kita bukan milik dunia ini melainkan milik Allah (Yoh. 15:18-19). Sekiranya kita milik dunia, tentu akan mengasihi kita sebagai miliknya. Pemahaman inilah yang akan membuat semua orang percaya bertekun dalam iman waulun harus menghadapi pergumulan berat.
Kedua, Supaya Kita Mengerti bahwa firman-Nya adalah kebenaran (Ay. 4a). Tujuan berikutnya mengapa Tuhan Yesus memberitahukan tentang semua yang harus terjadi adalah supaya kita mengerti dan memahami bahwa yang difirmankan-Nya adalah benar.  Ini adalah sebuah resiko atas keputusan iman sebagai pengikut Kristus tetapi Ia menjamin keselamatan jiwa kita. Tuhan Yesus berfiman “Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka.” (Mat. 10:28).
Peristiwa yang menimpa anak-anak Tuhan atau orang-orang percaya di berbagai belahan dunia mengingatkan kita akan apa yang pernah difirmankan oleh Tuhan Yesus sehingga kita dapat mengtahuai bahwa firman Tuhan adalah ya dan amin. “Tetapi semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya apabila datang saatnya kamu ingat, bahwa Aku telah mengatakannya kepadamu.” (Ay. 4a). Ini juga akan menolong kita untuk tetap bertekun dalam pencobaan karena kita tahu banwa firman-Nya adalah kebenaran.
Jika kita tidak bertekun untuk menemukan kehendak Tuhan maka kita akan mudah sekali menjadi lemah ketika pencobaan datang. Kita akan mudah menyerah serta meninggalkan Tuhan. Firman-Nya adalah kekuatan untuk kita dapat terus bertahan dalam pencobaan. Firman-Nya akan mengingatkan kita ketika orang-orang yang tidak mengenal Allah yang benar bertindak menganiaya umat Tuhan dan membunuhnya kemudian tindakannya dianggap sebagai wujud bakti kepada Allah.
Kesimpulan, Mengapa kita harus bertekun dalam pencobaan? Tuhan punya tujuan untuk kita. Tuhan  memberikan peringatan kepada kita tentang apa yang harus terjadi adalah supaya umat-Nya tidak menjadi lemah. Tuhan Yesus mau supaya kita memahami kehendak-Nya melalui ketekunan kita hidup dalam kasih-Nya. Sekalipun orang-orang yang beriktiar membunuh kita, Tuhan menghendaki supaya kita tidak menjadi kecewa dan meninggalkan Tuhan, Ia mengasihi jiwa kita untuk diselamatkan, manusia hanya dapat membunuh tubuh tetapi tidak berkuasa membunuh jiwa.
Tujuan Tuhan berikutnya adalah supaya kita mengetahui bahwa firman Tuhan adalah kebenaran. Ketika orang-orang membunuh kita dan menganggap perbuatannya adalah ibadah kepada Allah kita ingat bahwa Tuhan Yesus sudah mengatakannya, dan ini membuktikan bahwa firman-Nya benar. Dengan demikian, bagaimanapun beratnya pencobaan, kita akan terus bertekun dalam pencobaan untuk mencari kehendak Tuhan.
Ingatlah bahwa kita adalah milik Allah dan bukan milik dunia. Jangan menjadi kecewa dan menolak Tuhan ketika dunia memperlakukan kita tidak adil. Dunia membenci kita karena dunia tidak mengenal kita sebagai milik Allah dan mereka tidak mengenal Allah yang benar. Teruslah bertekun dan temukan kehendak-Nya melalui firman-Nya. Tuhan Yesus mengasihi dan memberkati kita. Amin! #KetutMardiasa