"DIALAH YANG KAMI BERITAKAN, APABILA TIAP-TIAP ORANG KAMI NASIHATI DAN TIAP-TIAP ORANG KAMI AJARI DALAM SEGALA HIKMAT, UNTUK MEMIMPIN TIAP-TIAP ORANG KEPADA KESEMPURNAAN DALAM KRISTUS. ITULAH YANG KUUSAHAKAN DAN KUPERGUMULKAN DENGAN SEGALA TENAGA SESUAI DENGAN KUASA-NYA, YANG BEKERJA DENGAN KUAT DI DALAM AKU." (KOLOSE 1:28-29)

KEADILAN ALLAH

Bacaan Alkitab: 2 Tes. 1:3-11

A. PENDAHULUAN
Tuhan menyatakan kehendak-Nya bukan berdasarkan asumsi manusia. Tuhan pasti akan melakukan ini dan itu berdasarkan apa yang dipandangnya baik tanpa mengerti kehendak-Nya secara benar. Bahkan ada orang yang hidupnya bertentangan dengan kehendak Tuhan berani berkata dan melakukan pembelaan diri bahwa Tuhan itu penuh kasih dan penyayang, Tuhan pasti akan membelanya walaupun ia sudah berlaku tidak benar.

Tuhan tidak dapat diatur oleh kehendak dan keinginan manusia. Tuhan melakukan kehendak-Nya berdasarkan pada cara-Nya yang terbaik untuk menyatakan kasih dan keadilan-Nya pada manusia. Dengan keadilan Ia menghukum dan dengan kasih Ia menyatakan kebaikkan-Nya. Artinya Allah yang penuh kasih bukan berarti tidak menghukum dan Allah yang adil bukan berarti Ia memberikan hak-hak yang sama kepada orang benar dan kepada orang berdosa.

Dalam pembacaan Alkitab hari ini, kita diberikan sebuah pandangan atau pengertian bagaimana Allah yang adil itu bertindak. Rasul Paulus menulis kepada jemaat di Tesalonika bahwa jemaat di Tesalonika bukan saja mendapat peenghargaan tertinggi karena pertumbuhan iman mereka kepada Tuhan dan kasih kepada sesama jemaat (Ay. 3), tetapi Paulus juga menyatakan bahwa mereka layak  di hadapan Allah, yaitu dilayakkan menjadi warga kerajaan Sorga oleh karena keteguhan dan ketabahan mereka dalam menghadapi penganiayaan dan penindasan (Ay. 4-5), dan menghukum orang-orang yang hidupnya tidak tertib dan melawan kehendak Allah (Ay. 8-9).

B. KEADILAN ALLAH
Mari kita melihat lebih dalam lagi tentang keadilan Allah. Bagaimana Allah bertindak menyatakan keadilan-Nya?

1. Memberikan Reward Kepada Orang-Orang Yang Telah Berjuang Dalam Iman Kepada Tuhan dan Kasih kepada Sesama (Ay. 3-5).

Reward atau penghargaan yang jemaat Tesalonika terima dikatakan sebagai wujud keadilan Allah kepada mereka yang telah berjuang dalam iman kepada Tuhan dan yang telah memelihara kesatuan dalam kasih kepada sesama.

Iman dan kasih mereka bertumbuh, bukan saja membuat Rasul Paulus merasa sangat bangga sehingga ia "wajib mengucap syukur" (Ay. 3), tetapi juga menobatkan mereka sebagai orang-orang benar di hadapan Allah sehingga mereka layak menjadi warga Kerajaan Allah (Ay. 5). Ini adalah sebuah prestasi yang sangat membanggakan dan sekaligus menjadi pengharapan kekal.

Pertanyaannya, Apakah kita sudah berjuang dalam iman kepada Tuhan dan sudah menjaga kesatuan kasih dengan sesama kita? sudah layakkah kita mendapat penghargaan menjadi warga Kerajaan Allah? Mari kita terus berjuang sampai kita layak menerima keadilan Allah.

2. Menghukum Orang-Orang Berdosa dan yang tidak tertib Dalam Iman Kepada Tuhan (Ay. 5-6, 8-9).

Setelah menyatakan bahwa jemaat di Tesalonika layak mendapat reward dari Tuhan, Paulus mau supaya mereka tetap stabil dalam iman kepada Tuhan dan kasih kepada sesama. Ia menyatakan bahwa orang-orang berdosa dan orang-orang yang tidak tertib dalam iman akan menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya (Ay. 9).

Apakah artinya itu, bahwa Tuhan tidak mengasihi mereka. Tidak, Allah mengasihi mereka namun mereka telah memilih jalannya sendiri yaitu hidup mengikuti kemauan dan kehendaknya sendiri dan lepas dari kontrol firman Allah atau Injil Kristus. Kasih bukan berarti tidak menghukum dosa. Jika Allah yang Kasih itu tidak menghukum dosa berarti Allah sudah berlaku tidak adil.

Rasul Paulus sudah menjelaskan bagaimana Allah memberi keadilan. Hukuman yang dilakukan Allah juga merupakan wujud keadilan Allah, dan memberikan kelegaan kepada orang-orang tertindas (Ay. 6-7).

Semua orang yang hidup benar yang telah berjuang pada jalan kebenaran akan dimuliakan pada waktu Kristus menyatakan diri-Nya (Ay. 10-12).

Pertanyaannya, Apakah pilihan kita? Berjuang dalam iman walaupun penuh tantangan namun akhirnya kita dilayakkan di hadapan Tuhan atau terus bertahan dalam kehidupan yang bertentangan dengan kehendak Tuhan yang pada akhirnya kita binasa?

C. KESIMPULAN
Allah menyatakan keadilannya dengan memberikan reward atau penghargaan kepada mereka yang telah berjuang dalam iman dengan melayakkan menjadi warga Kerajaan Allah. Allah menghukum mereka yang hidup tidak tertib dalam iman yang berujung pada kebinasaan sampai selama-lamanya.

D. PENERAPAN
Sebagai orang-orang percaya kepada Tuhan dan yang sudah mengenal kebenaran Injil Kristus, mari kita terus berjuang walaupun harus menderita, sebab Tuhan pasti menyatakan keadilan-Nya kepada orang-orang yang tertindas dan menghukum mereka yang berlaku tidak benar di hadapan Allah. Tuhan Yesus memberkati.

TUMBUH MENJADI JEMAAT YANG MEMBANGGAKAN

Bacaan Alkitab: 2 Tes. 1:3-4

A. PENDAHULUAN
Paulus adalah seorang rasul yang besar, yang mendirikan banyak gereja-gereja melalui penginjilannya dan sekaligus menjadi pemerhati baik gereja-gereja yang dirintisnya sendiri maupun oleh rasul-rasul yang lain. Ia mengajar jemaat-jemaat supaya mereka menjadi jemaat yang kuat dalam pencobaan dan menegor mereka yang hidup bertentangan dengan kehendak Allah. 

Menjadi kebanggaan tersendiri ketika Paulus mendengar jemaat-jemaat atau orang-orang percaya kepada Kristus bertumbuh ke segala arah terutama dalam persekutuan mereka dalam Kristus maupun dalam hubungan mereka dengan sesama. 

Rasul Paulus memberikan penghargaan tertinggi kepada jemaat di Tesalonika, dengan bangga ia mengatakan bahwa; "Kami wajib selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu, saudara-saudara." (Ay. 3a) dan bahkan bermegah (Ay. 4). Apa yang melatarbelakangi rasul Paulus mengatakan wajib mengucap syukur dan bermegah? Karena ia melihat jemaat di Tesalonika memiliki pertumbuhan yang luar biasa. Dari pernyataannya itu, kita dapat tahu bahwa rasul Paulus merasa sangat bangga dengan jemaat di Tesalonika.

B. JEMAAT YANG MEMBANGGAKAN
Bagaimana ciri-ciri jemaat yang membanggakan itu? Mari kita melihat dan belajar dari jemaat di Tesalonika.

1. Tumbuh Semakin Kuat Dalam Iman Kepada Tuhan (Karena Imanmu makin bertambah). 

Kata bertambah bukan berarti menjadi bertambah banyak, tidak diukur secara kuantitas melainkan secara kualitas yaitu terus bertumbuh menjadi semakian besar dan kuat. Ibarat biji sesawi yang kecil, ketika ia tumbuh bisa menjadi pohon yang besar dan akar yang kuat untuk menopang pohonnya agar tetap bisa berdiri ketika badai melanda. "Memang biji itu yang paling kecil dari pada segala jenis benih yang ada di bumi. Tetapi apabila ia ditaburkan, ia tumbuh dan menjadi lebih besar dari pada segala sayuran yang lain dan mengeluarkan cabang-cabang yang besar, sehingga burung-burung di udara dapat bersarang dalam naungannya." (Mrk. 4:31b - 32). 

Ketika iman tumbuh menjadi kuat, maka ketika pencobaan datang, ia tidak mudah menyerah dan meragukan Tuhan sekalipun harus menderita dan melewati lorong yang gelap. Tetap konsisten pada keputusan imannya dan selalu siap menghapi segal0pp kemungkinan yang bisa saja terjadi pada waktu yang tidak diduga-duga.

Iman Jemaat di Tesalonika tumbuh menjadi kuat, mereka tidak goyah menghadapai penganiayaan dan penindasan yang mereka alami, oleh karena itu Paulus merasa berbangga hati karena iman mereka yang demikian itu. (Ay. 4). Ini jugalah yang menjadi kehendak Tuhan dan keinginan setiap hamba Tuhan kepada jemaatnya, yaitu tumbuh menjadi kuat dalam iman kepada Tuhan. 

Pertanyaanya, apakah kita sudah menjadi jemaat yang membanggakan, terus bertumbuh semakin kuat walaupun harus melewati banyak tantangan? Mari kita memeriksa diri kita masing-masing.

2. Tumbuh Dalam Kasih Yang Kuat Kepada Sesama ( dan kasihmu seorang akan yang lain makin kuat di antara kamu).

Kata semakin kuat dapat diartikan semakin erat, memiliki jalinan yang tidak mudah dilepaskan. Hal ini lahir dari kehidupan yang beriman kepada Tuhan. Iman dan kasih berjalan secara beriringan. Tanpa iman kepada Tuhan, mustahil mereka bisa hidup berdampingan dalam kasih kepada sesama.

Di mana iman bertumbuh, di sanalah kasih akan menjadi semakin kuat, karena iman bekerja melalui kasih. Dan bukan hanya sejumlah orang saja di antara mereka, tetapi setiap orang bertambah kuat kasihnya satu terhadap yang lain. Tidak ada perpecahan di antara mereka, sebagaimana yang terjadi di dalam beberapa jemaat lainnya.

Kasih yang mempersatukan mereka sehingga mereka dapat terhibur dalam menghadapi penganiayaan. Kasih juga telah membuat mereka menjadi jemaat tabah dan sabar. Ini jugalah yang membuat rasul Paulus memberikan penghargaan tertinggi kepada jemaat di Tesalonika, bahkan bermegah karena mereka.

Pertanyaanya, bagaiaman dengan kita? Apakah kasih kita semakin kuat antara satu dengan lainnya? Atau masih diwarnai dangan intrik-intrik yang memicu terjadinya perpecahan? Mari kita kembali memeriksa hati kita masing-masing.

C. KESIMPULAN
Yang melatarbelakangi Paulus memberikan penghargaan kepada jemaat di Tesalonika adalah karena kebanggaannya terhadap pertumbuhan mereka, yaitu bertumbuh semakin kuat dalam iman kepada Tuhan dan yang kedua, bertumbuh dalam kasih yang kuat kepada sesama mereka.

Apakah kita sudah layak disebut sebagai jemaat yang membanggakan dan patut diberi penghargaan? Mari kita terus berusaha sebagaimana yang telah digambarkan oleh jemaat di Tesalonika. Mari kita menjadi jemaat yang dinamis dan jangan menjadi jemaat yang statis tujuan kita menjadi jemaat yang tumbuh dan membanggakan akan terwujud melalui kehidupan kita bersama. Tuhan Yesus memberkati. #MDS

ROH YANG MEMERDEKAKAN

Bacaan Alkitab: Roma 8: 1-2

A.   PENDAHULUAN
Ketika kita menjadi seorang Kristen, kita hidup dalam Kristus dan memperoleh segala hak yang diberikan Kristus kepada kita. Hak yang paling berharga dan istimewa adalah anugerah keselamatan yang memimpin kita kepada kehidupan kekal. Kristus Membebaskan kita dari segala belenggu dosa dan ikatan duniawi yang memimpin kita kepada kematian atau kebinasaan. Kita telah dibenarkan oleh iman kepada Kristus sehingga kita tidak dihukum (bdk. Gal. 2:16).

Ketika Kristus membenarkan kita oleh iman, itu awal kemenangan kita terhadap belenggu dosa dan tuntutan hukum Taurat; Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus.” (Ay. 1). Kita telah dimerdekakan. Merdeka artinya bebas (dari belenggu dan dari penjajah), tidak terikat, dan lepas dari tuntutan. Demikianlah Kristus memerdekankan kita dari dosa dan tuntuntan hukum Taurat, sehingga kita tidak dihukum.

Betapa bahagianya kita yang hidup dalam Kristus,  bukan hanya pada kehidupan sekarang ini karena kita telah dibenarkan, tetapi juga kepada kepastian keselamatan di masa yang akan datang. Semua orang yang mengetahui rahasia ini, bahwa Kristus telah memberikan anugerah keselamatan yang memimpin kepada kehidupan kekal pasti akan berbondong-bondong datang kepada Kristus. Tetapi semuanya tidak terlepas dari peranan Roh Kudus dalam kehidupan kita; Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut.” (Ay. 2).

B.   ROH YANG MEMERDEKAKAN
Roh Kudus memiliki peran yang sangat penting sehingga kita benar-benar merdeka dari dosa dan bebas dari tuntutan hukum Taurat yang memimpin kita kepada keselamatan. Bagaimana peranan Roh Kudus itu?

      1.    Roh Kudus Memimpin Kita Kepada Kristus
Supaya kita hidup dalam Kristus dan memperoleh segala hak kita, Roh Kudus menolong kita mengenal Kristus secara pribadi sehingga kita dapat mengaku bahwa Kristus adalah Tuhan (bdk. 1 Kor. 12:3).

Tidak ada seorang pun yang dapat mengaku bahwa Kristus adalah Tuhan kalau bukan pekerjaan Roh Kudus. Roh Kudus memimpin kita untuk mengenal Dia secara pribadi sehingga oleh-Nya kita beroleh pengampunan dosa dan beroleh hidup yang kekal. Roh Kudus memimpin kita memperoleh kemenangan dalam Kristus dan kita benar-benar merdeka dari segala tuntutan hukum dosa dan hukum maut.

Apa itu hukum dosa dan hukum maut? Hukum dosa adalah semua orang telah berdosa harus mati, “sebab upah dosa adalah maut…” (Rm. 6:23). Hukum maut adalah kematian kekal sampai selama-lamanya, yang diperuntukkan bagi mereka yang tidak mau mengenal Allah dan tidak menaanti Injil Kristus (2 Tes. 1:8-9).

Ketika kita dipimpin kepada Kristus, kita benar-benar telah merdeka, Kristus telah  menanggung beban dosa kita melalui kematian-Nya di atas kayu salib, Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran.” (Rm. 6:18). Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal.” (Rm. 6:22).

Berdasarkan ayat tersebut, maka sangat kuatlah steatment atau apa yang dikatakan oleh rasul Paulus dalam Roma 8:1, Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus.” Demikianlah kita benar-benar merdeka hidup dalam Kristus.

      2.    Roh Kudus Memeteraikan Kita Dalam Kristus
Roh Kudus bukan hanya memimpin kita kepada Kristus, tetapi juga memeteraikan kita dalam Kristus. Roh Kudus menjadikan kita benar-benar milik Kristus, dan ketika kita benar-benar menjadi milik Kristus, kita telah memiliki jaminan bahwa kita tidak dapat dikuasai lagi oleh dosa yang memimpin kita kepada kebinasaan atau kepada maut, dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku. (Yoh. 10:28).

Roh Kudus memeteraikan kita dan sekaligus sebagai materai itu sendiri untuk menjamin bahwa kita telah merdeka dari segala tuntutan dosa dan tidak akan kehilangan keselamatan dalam Kristus (Ef. 4:30; 1:13).

Hal tersebut memberikan keyakinan penuh kepada kita, bahwa ketika kita hidup dalam Kristus tidak ada lagi hukuman yang akan menimpa kita.

C.   KESIMPULAN
Kemerdekaan oleh Roh Kudus, apabila kita benar-benar memberi hidup kita dipimpin oleh-Nya kepada Kristus yang dapat membebaskan kita dari belenggu duniawi dan dari segala tuntutan dosa. Dan ketika kita memberi hidup kita dipimpin oleh Roh Kudus, Ia juga memeteraikan kita menjadi milik Kristus sekaligus menjadi jaminan bahwa kita memiliki jaminan hidup kekal dan bebas dari hukuman.

D.   APLIKASI
Kita yang telah merdeka dalam Kristus melalui pimpinan Roh Kudus, mari kita hidup sebagai hamba Allah (1 Pet. 2:16), mari kita menjadi hamba Kebenaran (Rm. 6:18). Tuhan Yesus memberkati. #DMS

MELAYANI DENGAN POLA PELAYANAN YESUS


Bacaan Alkitab: Markus 1: 35-42


A.  PENDAHULUAN
Akan lebih mudah bagi seseorang dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan berhasil apabila mereka bekerja mengikuti pola atau dengan system yang sudah ada. Tidak terlalu banyak membuang-buang energy, menguras tenaga, waktu, pikiran dan perasaan untuk mencapai hasil atau tujuan yang diharapkan. Bekerja dengan pola akan mempermudah dan mempercepat pekerjaan itu dapat diselesaikan dengan baik bahkan bisa menambah volume pekerjaan itu sendiri. Demikian juga halnya dengan pelayanan atau melayani Tuhan.

Tuhan telah meninggalkan pola yang sangat baik bagi kita untuk diterapkan dalam pelayanan maupun dalam pekerjaan kita masing-masing sebagai anak-anak Tuhan. Ketika Tuhan Yesus hendak memulai pekerjaan-Nya untuk memberitakan Injil, nampaknya Ia tidak hanya pergi begitu saja tanpa mempersiapkan perencanaan yang baik terlebih dahulu. Ia pasti memikirkan bagaimana Ia memulai dan bagaimana melakukannya. Pekerjaan tanpa perencanaan dan strategi tentu tidak akan mendapatkan hasil yang baik.

Semua orang punya caranya sendiri untuk berhasil, tetapi tidak sedikit orang gagal karena terlalu berambisi untuk berhasil dengan cepat namun mengabaikan hal-hal yang sederhana dan menganggapnya sebagai hal yang tidak penting dan tidak perlu mendapat perhatian. Sesuatu yang besar dimulai dari yang kecil, sesuatu yang besar dimulai dari hal-hal yang sederhana. Hal yang kecil dan yang sederhana adalah tahapan awal terjadinya perubahan yang besar. Mengabaikan hal yang kecil dan sederhana sama artinya secara tidak sadar sudah merencanakan kegagalan sejak dini.

Tuhan Yesus telah memberikan sebuah contoh kepada kita melalui sebuah perumpamaan tentang talenta dalam Matius 25: 14-30. Yang menerima lima talenta dan dua talenta mengembangkannya masing-masing menjadi sepuluh dan empat talenta, (ay. 15-17) tetapi yang menerima satu talenta mengabaikannya dengan berbagai alasan sehingga tidak menghasilkan apa-apa (ay. 18, 24-25). Yang menerima lima dan dua talenta menerima pujian dari tuanya Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.” (ay. 21, 23). Hamba yang menerima satu talenta disebut sebagai hamba yang jahat dan malas, ia mengalami kegagalan total (ay. 26-30). “Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.” (Luk. 16:19). Inilah contoh dari mengabaikan hal yang sederhana dan menganggapnya kecil dan tidak penting.

B.  POLA PELAYANAN YESUS
Sekarang mari kita perhatikan bagaimana pola Tuhan Yesus dalam melakukan pekerjaan-Nya. Bagaimana Ia memulai pekerjaan-Nya dan bagaimana juga melakukannya.

     1.   Mengawali Dengan Berdoa (Ay. 35).
Hal yang paling penting dalam semua aktivitas kehidupan manusia bukanlah kekuatan secara fisik, kecerdasan berpikir dan pengetahuan atau wawasan yang luas, walaupun semuanya itu penting dan mutlak dibutuhkan dalam bekerja untuk meraih keberhasilan. Doa berada di atas semuanya itu. Oleh karena itu doa harus menjadi bagian terpenting dan tidak boleh dilupakan dalam semua aktivitas yang kita lakukan.

Dengan mengawali semua aktivitas kita dengan doa, berarti telah menyerahkan semua yang akan kita lakukan dan kerjakan kepada pimpinan Tuhan dan membiarkan Dia terlibat dalam semua keputusan dan perencanaan. Semua perencanan yang dibangun berdasarkan kecerdasan dan kemampuan manusia akan gagal kalau bukan Tuhan yang melaksanakannya, “Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan TUHANlah yang terlaksana.” (Ams. 19:21).

Doa menjadi pondasi dari segala sesuatu yang kita bangun dengan kecerdasan dan kemampuan kita. Itulah sebabnya Tuhan Yesus memulai pekerjaan atau pelayanan-Nya memberitakan Injil dengan berdoa. Pagi-pagi buta Ia telah membangun pondasi dari seluruh pelayanan-Nya dengan doa (ay. 35).

Sering sekali kita lupa dan mengabaikan hal yang penting dari yang terpenting ini. Hari ini Tuhan Yesus mengajar kita untuk memulai segala aktivitas pekerjaan dan pelayanan kita dengan berdoa.

      2.   Mulai Dari Yang Paling Mudah dan Sederhana (Ay. 36-38).
Ketika seseorang melihat sesuatu yang lebih besar, pekerjaan yang lebih menjanjikan masa depan, mereka lupa dengan kapasitas dirinya sehingga melupakan hal-hal paling kecil dan yang sederhana sekalipun. Keinginannya yang besar tidak diimbangi dengan kemampuannya yang besar. Keinginan yang besar  harus dimulai dari yang paling mudah dan sederhana atau dengan kata lain, sesuatu yang besar berawal dari sesuatu yang kecil. Pengetahuan dan pemahaman ini akan menolong kita untuk tidak mengabaikan hal-hal yang kecil dan sederhana.

Tuhan Yesus tidak pergi ke tempat yang jauh untuk menjanggkau ladang pekerjaan yang lebih besar sebelum Ia menyelesaikan pekerjaan yang terdekat dan mudah dijangkau. Setelah selesai berdoa Ia mengajak murid-murid-Nya untuk pergi ke kota-kota yang berdekatan (ay. 38). Artinya tempat yang paling mudah dijangkau atau pekerjaan yang paling mudah untuk dikerjakan sebagai tahapan awal untuk memulai pekerjaan berikutnya yang lebih besar.

Hal ini penting untuk kita terapkan dalam pelayanan dan pekerjaan kita. Kita tidak akan pernah bisa menjadi besar kalau kita mengabaikan hal-hal yang mudah dan sederhana karena berambisi untuk cepat menjadi besar. Semua pekerjaan baik di gereja maupun pekerjaan-pekerjaan lainnya di luar gereja berjalan mengikuti proses dari tahapan yang paling mudah hingga kepada tahapan yang besar sekalipun. Karena itu, mari kita lakukan dengan setia yang hal-hal yang mudah, kecil dan sederhana yang akan mengantar kita kepada pekerjaan atau tanggung awab yang lebih besar.

      3.    Mengembangkan Kepada Pekerjaan Yang Lebih Luas (Ay. 39a).
Mengembangkan pekerjaan yang lebih besar adalah hal yang sudah biasa dilakukan oleh setiap orang untuk mendapatkan hasil yang lebih besar bahkan sebisa mungkin menguasai pangsa pasar di tengah-tengah persaingan yang besar.

Tuhan Yesus melakukan hal yang sama setelah Ia menyelesaikian pekerjaan-Nya yang lebih mudah. Ia melangkah lebih jauh lagi untuk menguasai semua suku-suku di mana pekerjaan pemberitaan Injil dapat diterima oleh semua orang. Ia mengembangkan pelayanan-Nya ke seluruh kota Galilea, Lalu Pergilah Ia ke seluruh Galilea”.

Tidak terlalu sulit bagi-Nya untuk melangkah dan mengembangkan pelayanan-Nya ke daerah-daerah yang lebih luas, karena yang pertama Ia telah memulainya dengan doa dan menyelesaikan pekerjaan pelayanan-Nya mulai dari yang terdekat dan mudah dijangkau. Keberhasilan pada tahap yang mudah, pada luar lingkup yang kecil dan sederhana membawa-Nya untuk memandang kepada ladang yang lebih besar untuk dikerjakan.

Ini sekaligus menjadi contoh bagi kita dalam mengembangkan pelayanan di gereja, supaya kita tidak puas dengan keberhasilan yang kini dipercayakan kepada kita, tetapi juga harus mampu melihat keluar kepada ladang yang lebih luas.

     4.   Menuntaskan Pekerjaan Yang Masih Ada (Ay. 39b-42).
Kepuasaan seorang pekerja adalah menuntaskan pekerjaannya dengan baik. Tidak menyisakan dan menunda pekerjaan yang masih ada dan yang masih bisa dikerjakan pada waktu bersamaan.

Tuhan Yesus menuntaskan pekerjaan-Nya dengan baik dan tidak meninggalkan proyek mangkrak untuk dibiarkan atau dikerjakan oleh orang lain dikemudian hari.

Pekerjaan apa saja yang dituntaskan oleh Tuhan Yesus, pertama-tama tujuan adalah memberitakan Injil, “… supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang” (ay. 38b), tetapi kemudian ada pekerjaan yang lain yang harus dikerjakan secara bersamaan yaitu mengusir setan-setan (ay. 39b) dan menyembuhkan orang-orang sakit (ay. 40-42).

Tuhan Yesus tidak membiarkan setan-setan mengahantui keberadaan orang-orang yang telah diajarkan firman Tuhan dan tidak juga meninggalkan mereka tetap berada dalam penderitaan secara fisik oleh karena sakit penyakit. Tuhan Yesus menuntaskan semuanya itu dalam satu pekerjaan sekaligus, karena setan-setan dan sakit penyakit tentu akan menjadi penghalang orang-orang menerima berita Injil.

Dalam pelayanan atau pekerjaan-pekerjaan lainnya  kita juga sering diperhadapkan dengan tugas tambahan yang sebenarnya bukan menjadi tujuan dan perioritas kita, tetapi itu juga harus kita selesaikan supaya tidak ada yang mengganggu keberhasilan pelayanan dan pekerjaan kita.

C.  KESIMPULAN
Tuhan Yesus Melayani dengan pola-pola sangat sederhana dan mudah untuk kita terapkan dalam pelayanan maupun dalam pekerjaan kita. 

Pola itu tersusun dengan sangat sistematis yang diawali dengan doa atau penyerahan diri untuk sebuah tanggung jawab yang besar, mulai mengerjakan yang paling mudah dijangkau atau dikerjakan, mengembangkan ke ke tempat yang lebih luas dan menuntaskan pekerjaan pelayanan-Nya dengan baik.

D.  PENERAPAN
Apa yang bisa kita lakukan dalam pekerjaan dan pelayanan kita? Mari kita menerapkan pola pelayanan atau pekerjaan yang seperti yang Tuhan Yesus lakukan.

Tuhan Yesus memulai dengan doa dan penyerahan diri dan dapat mengakhirinya dengan tuntas. Awal yang baik menghasilkan akhir yang baik. Awal yang buruk akan menghasilkan akhir yang buruk juga. Ketika kita mulai dengan Tuhan, maka kita akan menuai hasil yang baik dan juga tuntas (bdk. Fil. 1:6). #MDS


KARAKTER HIDUP ORANG PERCAYA

Bacaan Alkitab: Yakobus 5:7-11

A.   PENDAHULUAN
Hidup sebagai seorang Kristen yang sungguh-sungguh bukan hanya sebuah identitas yang nampak dari luar saja tetapi yang terpenting adalah kualitas hidup yang lahir dari hati yang beriman kepada Tuhan kemudian terpancar melalui karakter yang baik dalam kehidupan sehari-hari.

Karakter hidup Kristen yang baik ditunjukkan melalui cara kita menyikapi suatu keadaan entah itu keadaan baik maupun buruk. Terutama saat-saat kita berhadapan dengan suatu keadaan yang memaksa semua orang untuk menyerah dan berpikir untuk mundur dari perhelatan hidup yang semakin berat.

Berpandangan positif adalah salah satu cara terbaik untuk bertahan dan terus berjuang walaupun harus terluka. Proses yang berat adalah sebuah tantangan untuk sampai kepada tujuan yang lebih besar. Inilah juga yang tersirat dalam pesan yang disampaikan oleh Yakobus kepada dua belas suku Israel yang ada diperantauan (Yak. 1:1), supaya mereka membangun karakter hidup Kristen yang kuat menghadapi banyaknya pencobaan yang datang sehingga mereka dapat bersabar sampai kepada kedatangan Tuhan yang kedua kali.

Pemahaman yang benar seperti inilah yang akan membentuk karakter hidup kita sebagai orang-orang percaya kepada Tuhan sekalipun kita diperhadapkan dengan banyaknya pencobaan di dunia ini.
B.   KARAKTER ORANG PERCAYA
Pemahaman yang benar terhadap suatu keadaan melahirkan sebuah karakter kehidupan baik seperti apa yang diharapkan oleh Yakobus kepada pembaca suratnya.

      1.    Memiliki Keteguhan Hati Sambil Menantikan Kedatangan Tuhan Yang Kedua Kali (Ay. 7-9).
Keteguhan hati adalah sebuah sikap yang mencerminkan karakter hidup yang beriman kepada Tuhan. Keteguhan hati akan nampak saat-saat seseorang berada di dalam zona kehidupan yang berbahaya, karena di situlah ujian yang sesungguhnya yang memaksa kita untuk menentukan sebuah sikap, maju untuk sebuah tujuan atau mundur karena tantangan.

Mengapa kita harus memiliki keteguhan hati? Yakobus mengajak pembaca surat untuk memandang jauh ke depan, yaitu pada kedatangan Tuhan yang kedua kali (Ay. 8). Yakobus meyakinkan para pembaca suratnya bahwa penderitaan yang mereka hadapi kini akan berakhir dengan indah pada waktu kedatangan Tuhan yang kedua kali, sehingga mereka harus tetap menjaga stabilitas kehidupan mereka supaya tidak terpancing dengan keadaan, tidak bersungut-sunggut yang menyebabkan terjadinya pertengkarang antara sesama anggota tubuh Kristus.

Kesabaran mereka dalam menghadapi penderitaan akan berakhir indah, seperti seorang petani yang menantikan hasil yang berharga dari hasil tanahnya dan bersabar sampai kepada pergantian musim tiba (Ay. 7). Demikianlah seorang Kristen harus memiliki keteguhan hati dan bersabar hingga Tuhan datang.

      2.    Belajar Dari Kisah dan Ketekunan Para Nabi (Ay. 10-11).
Belajar dari kisah kehidupan orang lain yang sudah  berhasil melewati sebuah proses kehidupan adalah  hal yang sangat penting bagi kita, di mana kita bisa menerapkan sebuah teladan kehidupan yang telah mereka lakukan, kita dapat memetik nilai-nilai kehidupan yang memimpin kepada akhir yang memuaskan dan membanggakan.

Yakobus mengarahkan para pembacanya suratnya untuk melihat kembali teladan kehidupan yang telah diwariskan oleh para nabi ketika mereka menghadapi sebuah penderitaan, walaupun mereka hidup menuriti kehendak Tuhan, namun mereka juga tidak luput dari yang namanya penderitaan (Ay. 10), namun akhirnya mereka juga sampai kepada titik yang melegakan yaitu pemulihan dan kemenagan melewati sebuah proses, sebuah akhir yang membahagiakan.

Yakobus memberikan contoh dari kisah kehidupan nabi Ayub; Sesungguhnya kami menyebut mereka berbahagia, yaitu mereka yang telah bertekun; kamu telah mendengar tentang ketekunan Ayub dan kamu telah tahu apa yang pada akhirnya disediakan Tuhan baginya, karena Tuhan maha penyayang dan penuh belas kasihan.” (Ay. 11).

Tuhan Yesus juga menyebutkan bahwa nabi-nabi kita terdahulu juga mengalami berbagai-bagai penderitaan; “Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu.” (Mat. 5:12).

Kita mendapat gambaran yang begitu indah tentang akhir dari sebuah perjunagan melewati proses yang memaksa untuk menyerah dan mundur. Itulah sebabnya pada awal suratnya, Yakobus menyebut berbahagia orang-orang yang jatuh ke dalam berbagai-bagai penderitaan, karena ada akhir yang jauh lebih indah daripada memutuskan untuk mundur (Bdk. Yak. 1:2-4).

C.   KESIMPULAN
Yakobus memberikan gambaran tentang bagaimana sikap kita sebagai orang-orang yang percaya kepada Tuhan dalam menghadapi penderitaan atau masalah-masalah kehidupan di dunia ini.

Karakter hidup kita akan tercermin melalui cara kita menyikapi sebuah keadaan, yaitu tetap bersabar dan memiliki keteguhan hati karena pengharapan akan akhir yang lebih baik pada waktu kedatangan Tuhan yang kedua kali dan selalu belajar dari teladan kisah kehidupan para nabi-nabi Tuhan yang mengalami penderitaan.

D.   PENERAPAN
Bagaimana dengan karakter hidup kita sebagai orang yang percaya kepada Tuhan? Mari kita memandang penderitaan yang sering kita alami sekarang ini sebagai sebuah proses untuk melangkah kepada kehidupan yang lebih baik sambil memandang jauh ke depan. Teruslah belajar dari kehidupan orang-orang yang telah berhasil melewati beratnya tantangan kehidupan di dunia ini. Tuhan Yesus Memberkati. #MDS22072018

PENTINGNYA PENERAPAN KASIH DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

Bacaan Alkitab: Efesus 5:1

A. PENDAHULUAN

Mengapa Kita harus hidup dalam kasih dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari? Firman Tuhan Mengajar kita untuk hidup di dalam kasih sebagaimana Kristus sudah mengasihi kita.

Firman Tuhan juga mengajar kita pentingnya penerapan kasih dalam kehidupan sehari-hari, dalam keluarga, dalam komunitas kita dan dalam masyarakat yang lebih luas.

B. PENERAPAN KASIH

Mengapa kita harus menerapkan kasih dalam kehidupan sehari-hari:

1. Kasih Adalah Sarana Yang Mempersatukan dan Mendewasakan (Kol. 3: 14).

Tanpa kasih tidak mungkin terjadinya sebuah kesatuan. Kasih menghargai setiap perbedaan dan pilihan orang lain walaupun harus berbeda.

Kasih menjadikan kita dewasa dalam menyikapi keadaan yang memungkikan terjadinya perpecahan. Keluarga tanpa kasih ibarat makanan tanpa garam.

2. Kasih Adalah Sarana Untuk Menahan Terjadinya Dosa dan Pelanggaran (1 Ptr. 4:8, Ams. 10:12).

Kasih mencegah tindakan-tindakan mementingkan diri. Menjaga kita untuk tidak egois dan mempertahankan kebenaran diri tetapi memperkecil terjadinya konflik yang menimbulkan pertengkaran, dosa dan pelanggaran.

Kasih menjadi media untuk menghadirkan damai dan mencegah dosa dan pelanggaran muncul ke permukaan.

3. Kasih Sebagai Tanda Bahwa Kita Anak-Anak Allah (Yoh. 13:34-35).

Kasih menjadi indentitas bahwa kita adalah anak-anak Allah yang selalu hidup berdampingan. Kasih menjadi tanda bahwa agama kita mengajarkan tentang kasih yang diprakarsai oleh Tuhan Yesus.

Kita bergandengan tangan supaya orang lain tahu bahwa kita hidup dalam kasih. Dan ini akan meninggalkan bekas bagi orang lain yang ada di sekitar kita (Yoh. 13:35).

C. KESIMPULAN

Pentingnya penerapan kasih dalam kehidupan sehari-hari akan menolong setiap orang untuk hidup dalam kasih (Ef. 5:2). Karena kasih merupakan sarana yang mempersatukan dan mendewasakan, sarana untuk menahan terjadinya dosa dan pelanggaran dan mencegahnya muncul kepermukaan.

D. PENERAPAN

Hiduplah di dalam kasih di dalam keluarga, komunitas dan dalam masyarakat yang lebih luas. Kita menerapkan kehidupan sebagai refleksi kasih Kristus kepada kita. Ia telah mengasihi kita maka kita pun wajib mengasihi. Tuhan Yesus memberkati.

Ringkasan khotbah di Kel. Besar Bpk. Robyson Tolla dalam dalam arisan keluarga.
Minggu, 08 Juli 2018.

KUALITAS IMAN ORANG KRISTEN

Bacaan Alkitab: Matius 15: 21-28

      A.   PENDAHULUAN

Berbicara tentang kualitas, berbicara tentang bobot atau mutu dari sesuatu yang dapat diukur dengan nilai baik dan buruknya. Sesuatu dikatakan berkualitas apabila memiliki nilai-nilai kebaikan yang sudah melewati tahap pengujian yang ketat untuk mengukur kadar kebaikan dikandungnya. Tidak ada sesuatupun yang dapat dikatakan berkualitas tanpa melalui sebuah proses yang disebut dengan ujian. Ujian akan menentukan apakah sesuatu layak ditingkatkan statusnya atau tidak.

Setelah melewati masa belajar pada akhir semester, semua siswa pada akhirnya akan sampai pada sebuah proses yang disebut dengan ujian. Di situ semua siswa akan diuji kemampuannya masing-masing untuk menentukan kualitas dirinya sebagai seorang siswa, apakah ia layak naik tingkat ke jenjang yang lebih tinggi atau tinggal kelas dan belajar lagi pada materi yang sama dan semester yang sama.

Demikian juga iman Kristen. Iman yang berkualitas adalah iman yang sudah berhasil melewati sebuah proses ujian. Jangan katakan kita beriman kepada Tuhan tetapi kita gagal melewati ujian. Jangan katakan kita beriman kepada Tuhan tetapi terlalu cepat menyerah saat kita sedang dalam proses untuk menentukan kualitas iman kita.

Seorang perempuan Kanaan berkebangsaan Siro Fenisia menunjukkan kualitas imannya kepada Tuhan Yesus, ia menjumpai Tuhan Yesus pada waktu yang tepat. Ia adalah seorang perempuan yang berprestasi dalam perjalanan imannya kepada Tuhan. Setelah melewati beberapa tahap ujian iman, akhirnya ia berhasil dan memperoleh penghargaan dari Tuhan, “Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki." Dan seketika itu juga anaknya sembuh” (Ay. 28).

Tahap-Tahap Ujian Iman yang berhasil dilewati oleh perempuan Kanaan itu adalah:

1.    Ketidakpedulian Tuhan Yesus terhadap terikannya untuk minta tolong (Ay. 22-23a).
2.    Ketidakpedulian murid-murid Tuhan Yesus yang menolaknya dan menyuruh Tuhan Yesus untuk mengusirnya (Ay. 23b).
3.    Dianggap tidak penting dan tidak prioritas oleh Tuhan Yesus. Ia hanya diutus kepada domba-domba yang hilang dari umat Isreal (Ay. 24).
4.    Istilah “anjing” yang digunakan Tuhan Yesus untuk menyebut orang-orang yang bukan dari umat Israel (Ay. 26).

Perempuan itu berhasil melewati semua proses yang menurut ukuran manusia biasa sangat menyakitkan dan memaksanya untuk mundur dan menyerah. Perempuan itu tidak pernah menyerah bahkan terus mendesak Yesus dengan bersungkur di kaki-Nya (Ay. 25), berusaha mengendalikan perasaannya dengan berpandangan positif/ Positive Thingking (Ay. 27) karena ia memiliki arah dan tujuan yang tidak boleh gagal, yaitu kesembuhan bagi anak yang dikasihinya. Ujian itu berakhir dengan pujian dan kesembuhan bagi anaknya. Segala Puji bagi Tuhan.

B.   IMAN YANG BERKUALITAS
Dari kisah perempuan Kanaan yang percaya kepada Tuhan Yesus kita mendapatkan sebuah pelajaran yang sangat berharga bagi pertumbuhan iman kita. Imannya yang bergairah dan sikapnya yang tidak mudah menyerah menghadapi ujian menunjukkan kualitas imannya. Kita dapat belajar dari kisah ini supaya kita sebagai seorang Kristen memiliki iman yang berkualitas dan menyenangkan hati Tuhan.

1.    Memanfaatkan Waktu Untuk Berjumpa Dengan Tuhan (Ay. 21-22a).
Kedatangan Tuhan Yesus ke daerah Tirus dan Sidon menjadi momen berharga bagi seorang perempuan yang sedang mencari pertolongan untuk kesembuhan anaknya yang sedang menderita karena kerasukan setan. Ia menjumpai Yesus pada waktu yang tepat seraya berseru “Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita” (Ay. 22). Sebuah pribahasa mengatakan “pucuk dicinta ulam tiba”, artinya “sebuah harapan yang terwujud karena mendapat sesuatu yang dibutuhkan atau diharapkan”.

Sebelumnya perempuan itu tidak pernah berpikir berharap kepada Yesus, karena perempuan itu berasal dari luar suku Israel (Ay. 24), berasal dari keturunan Ham (Kej. 10:6) Bangsa yang terkutuk (Kej. Kej. 9:25-26), percaya kepada tahayul (Ul. 18:9-11), penyembah berhala (Ul. 29:17), keji dan najis (Im. 18:27) dsb. Namun perempuan itu cukup mengenal Yesus, hal ini nampak dari caranya menyebut Yesus “ya Tuhan, Anak Daud”. Artinya setidaknya ia pernah mendengar tentang Yesus yang menyembuhkan orang sakit, mengusir setan dan lain sebagainya, oleh karena itu ketika ia tahu bahwa Yesus datang ke daerah tersebut, ia pun tidak menyia-nyiakan dan menunda-nunda waktu dan kesempatan untuk berjumpa dengan-Nya.

Perempuan itu tidak ada pilihan lain, selain menemui Yesus. Ia datang tersungkur depan kaki-Nya (Mrk. 7:25). Bagi perempuan itu tidak ada waktu terbaik selain memanfaatkan kesempatan yang ada waluapun sulit baginya menerobos kepadatan manusia yang mengikuti dan mendengar Yesus pada waktu itu.

Pertanyaannya, bagaimana dengan kita? Apakah kita sudah memanfaatkan waktu dan kesempatan sebaik mungkin untuk menjumpai Yesus dalam doa, ibadah dan persekutuan dengan saudara-saudara seiman? Gunakanlah waktu kita sebaik mungkin untuk tetap memiliki persekutuan dengan Tuhan sekalipun banyak tantangannya.

2.    Tumbuh Semakin Kuat Ketika Pencobaan Datang (Ay. 25-27).
Bagaiamana perempuan itu menjaga stabilitas imannya ketika berhadapan dengan  masalah pada saat ia mau menjumpai Yesus? Dari kronologis kisah yang dicatat oleh Matius memperlihatkan keteguhan hati perempuan itu dari awal dimulainya perjumpaannya dengan Yesus sampai kepada akhirnya ia memperoleh apa yang ia harapkan dari Tuhan.

Perempuan itu mencoba untuk bertahan tahap demi tahap, ia mengelola pikiran dan perasaan supaya tidak mudah goyah dan menyerah. Perempuan itu sedikitpun tidak berpikir untuk mendur, semakin dihalangi, semakin mendekat bahkan menyembah Tuhan, tidak ada celah untuk membela diri tetapi justru berpikir positif dan merendahkan diri di hadapan Tuhan. Imannya tidak dapat digagalkan oleh pencobaan. Kegagalan menjumpai Yesus adalah kerugian yang besar dan tidak ada kesempatan lebih tepat dan lebih baik lagi.

Pertanyaannya, bagaimana dengan iman kita, apakah pencobaan membuat kita menjadi lemah dan berhenti berharap kepada Tuhan? Mampukah kita berpikir positif, memandang pencobaan sebagai sebuah proses untuk menang dari pergumulan? Biarlah pencobaan itu membuat iman kita semakin murni, dan tumbuh menjadi kuat.

3.    Konsisten Ketika Keadaan Memaksanya Untuk Menyerah (Ay. 25-27).
Konsisten artinya memiliki keteguhan hati, tidak mengubah pikiran, dan punya pendirian dan pilihan yang tetap walaupun harus berbeda. Gambaran ini juga kita dapatkan dari seorang perempuan Kanaan yang percaya kepada Tuhan. beberapa kali ia harus diuji imannya bahkan sudah melewati batas wajar, namun ia tidak menyerah, tidak mengubah pikirannya bahkan tetap konsisten pada pilihannya. Batas ujian biasanya maksimal sampai tiga kali, namun perempuan itu melampaui batas sampai empat kali (lihat tahap-tahap ujian iman di atas).

Perempuan itu melewati perjalanan yang cukup melelahkan. Perjalanan yang menguras tenaga dan mengorbankan harga diri sebagai manusia, imannya berusaha dicongkel dengan mengobrak-abrik kedalaman perasaannya, namun ia tetap melangkah maju dan sedikitpun tidak berpikir untuk mundur dan menyerah, ia tetap konsisten karena ia memiliki iman yang kuat kepada Yesus dan memiliki tujuan yang besar.

Pertanyaannya, bagaimana dengan kita? Akankah kita mengubah pikiran kita untuk meninggalkan Tuhan karena masalah dan persoalan hidup yang sesungguhnya adalah sebuah proses untuk sampai kepada tujuan akhir yang kita harapkan? Biarlah kita tetap konsisten karena Yesus jauh lebih besar dari masalah yang kita hadapi.

4.    Memiliki Arah Iman dan Tujuan Yang Jelas (Ay. 22b).
Apa yang memotivasi perempuan Kanaan itu begitu antusias dan bergairah untuk menjumpai Yesus? Tujuanlah yang menggerakan dia. Tujuan itu begitu kuat seperti sebuah dynamo penggerak yang menggerakkan seluruh hasrat dan keinginannya, tanpa bisa dikendalikan kecuali mematikan mesin dynamo tersebut. Sama seperti manusia, ia digerakkan oleh tujuan, tujuan itu bisa berhenti apabila jantung kita berhenti berdetak.

Perempuan itu berorientasi kepada tujuan. Gol akhir yang hendak diraih adalah terpacainya sebuah akhir yang membanggakan, maka perempuan itu tidak berhenti sampai ia mendapatkan apa yang menjadi tujuannya, yaitu pemenuhan rasa kasih sayang kepada anaknya yang menderita karena kerasukan setan, yaitu sebuah kesembuhan. Ayat 22b ini menjadi mesin penggerak yang menyebabkan seorang perempuan Kanaan terus berjuang sampai kepada titik terakhir. Arah imannya adalah Yesus  dan tujuan kepada kesembuhan anaknya. Imannya kepada Yesus menjadi sarana untuk sampai kepada hasil akhir yang memuaskan.

Pertanyaannya, bagaimana dengan kita? Apakah kita sudah memiliki iman yang terarah kepada Yesus saja untuk mencapai tujuan akhir kita? Jangan salah dalam menempatkan arah iman dan tujuan kita.

      C.   KESIMPULAN
Perempuan Kanaan yang percaya kepada Tuhan Yesus memberikan gambaran kepada kita tentang bagaimana kita memiliki iman yang berkualitas.

Kualitas iman Kristen akan nampak ketika kita mampu memanfaatkan waktu-waktu yang ada untuk menjumpai Yesus dan membawa semua persoalan hihup kita kepada-Nya. Tumbuh menjadi kuat walaupun di tengah-tengah pencobaan yang berat. Tetap konsisten walaupun keadaan memaksanya untuk mundur dan memiliki arah iman dan tujuan yang jelas.

Tuhan Yesus memuji kualitas iman perempuan Kanaan itu dan Ia memberikan “Sertifikat Kelulusan” berupa sebuah jawaban dan hasil yang memuaskan Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki." Dan seketika itu juga anaknya sembuh.” (Ay. 28).

      D.   PENERAPAN
Kita perlu memiliki iman yang berkualitas yang diuji melalui sebuah proses. Kualiatas keimanan kita akan membuka pintu jawaban atas setiap pergumulan kita. Tuhan Yesus memberkati. #KetutMardiasa

KEMURNIAN IMAN KRISTEN

Bacaan Alkitab: 1 Petrus 1: 3-7


Iman Kristen selalu mengalami tantangan dari masa ke masa dan dari zaman ke zaman. Sekalipun demikian iman Kristen tidak pernah menjadi lemah dan kehilangan kekuatannya berkat keteguhan iman orang-orang yang telah berjuang mempertahankan harta miliknya yang tidak dapat dibandingkan dan diukur dengan apapun yang dunia berikan (bdk. Matius  5:10-12), dan juga oleh berkat pemeliharaan kasih Allah sebagaimana yang dinyatakan dalam ayat 5, “Yaitu kamu, yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu sementara kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir.



Di dalam Alkitab tidak ada bagian yang menyebutkan bahwa iman Kristen tidak mengalami pencobaan tetapi justru pencobaan itu adalah sebuah sarana atau alat yang dipakai oleh Allah untuk memernikan iman kita. Dalam Yesaya 48: 10 mengatakan bahwa; “Sesungguhnya, Aku telah memurnikan engkau, namun bukan seperti perak, tetapi Aku telah menguji engkau dalam dapur kesengsaraan.” Penulis Mazmur mengatakan bahwa, “Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu” (Mzm. 119: 71). Yakobus menguraikan lebih jelas lagi tentang tujuan dari pencobaan itu sehingga ia memandangnya sebagai suatu kebahagiaan, “Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apa pun.” (Yak. 1:2-4). Hal ini sejalan dengan apa yang difirmankan oleh Tuhan Yesus dalam Matius 5:10-12).



Tuhan Yesus mengatakan, bahwa penderitaan yang dialami oleh umat Tuhan sampai saat ini diberbagai belahan dunia sudah dialami oleh nabi-nabi terdahulu, “Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu.” (Mat. 5:12). Mereka mempertahankan kemurnian imannya karena mereka tahu siapa Allah yang mereka sembah.



Bagaimana dengan rasul-rasul dalam Perjanjian Baru? Mereka semua mengalami penderitaan yang sama oleh karena imannya kepada Kristus. Yang pertama mati karena kebenaran adalah Kristus, kemudian setelah Tuhan Yesus naik ke sorga, adalah Stefanus (Kis. 6-8). Stefanus mati karena imannya kepada Kristus kurang lebih 6 tahun setelah penyaliban Tuhan Yesus, yaitu pada tahun 35 Masehi. Lukas mencatat bahwa pada waktu itu terjadi penganiayaan yang hebat (Kis. 8:1). Setelah Stefanus, Yakobus (Kis. 12:2), kemudian Filipus, Matius,  Yakobus saudara Tuhan Yesus, Matias yang menggantikan Yudas Iskariot, Andreas, Markus, Petrus, Paulus, Yudas saudara Yakobus, Bartolomius, Thomas, Lukas, Simon orang Zelot, Barnabas, dan Yohanes saudara Yakobus. Mereka semua menjadi Martir. Mereka tetap mempertahankan kemurnian imannya sampai mereka mati.



Bagaimana kita mempertahankan kemurnian iman kita sebagai umat Tuhan? Apakah penganiayaan dan pencobaan menjadi tantangan terberat untuk bertahan? Itu tentu, namun mari kita perhatikan apa yang disampaikan kepada kita oleh Rasul Petrus untuk membuktikan kemurnian iman kita kepada Kristus.



1.      Percaya Hanya Kepada Kristus Sebagai Satu-Satunya Sumber Pengharapan Akan Keselamatan (Ay. 3-5).



Iman Kristen adalah kepercayaan kepada Allah yang hidup. Kristus telah membuktikan bahwa diri-Nya adalah Allah yang hidup melalui kebangkitan-Nya. Oleh kebangkitan-Nya itulah iman kita diperbaharui sehingga kita memiliki pengharapan (Ay. 3).



Kebangkitan Kristus menjadi dasar pembaharuan iman Kristen. Iman Kristen adalah Kristus yang hidup. Dia menyebut diri-Nya sebagai kebangkitan dan hidup, dan barangsiapa yang percaya kepada-Nya, ia akan hidup walaupun ia sudah mati (Yoh. 11:25). Dia menjamin bahwa kita akan hidup dalam kekekalan bersama-Nya (Yoh. 14:6) itulah yang disebut sebagai bagian yang tidak dapat binasa, tidap dapat cemar dan tidak dapat layu, yang tersimpan di Sorga bagi kamu (Ay. 4).



Jadi, iman Kristen hanya bertaut kepada Kristus. Kristen tanpa Kristus tidak dapat disebut sebagai Kristen. Kristus adalah sumber satu-satu dari segala pengharapan akan keselamatan.  Tidak ada keselamatan selain di dalam Kristus, “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.” (Kis. 4:12).



Kalau ada keraguan tentang kepastian akan keselamatan dalam Kristus, maka iman kita sedang terinveksi “virus kematian”.  Kristus harus menjadi sumber dari segala pengharapan akan keselamatan (Ay. 3-4, bdk. Kol. 1: 27).



2.      Iman Yang Sudah Teruji Melalui Sebuah Proses Pemurnian (Ay. 6-7).



Seperti yang sudah disebutkan tadi bahwa pencobaan adalah sarana yang Tuhan pakai untuk menguji kemunian kita kita. Itulah sebabnya Petrus memandang positif apabila kita sedang berada dalam pencobaan. Hal ini terungkap jelas melalui pernyataannya, “Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan.” (Ay. 6).



Ada dua kata yang berpadanan yang digunakan untuk merespon setipa pencobaan itu, yaitu “bergembira” dan “bersukacita”. Pencobaan adalah sebuah proses yang membawa iman Kristen kepada mutu dan kualitas yang murni. “Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya.” (Ay. 7).



Untuk menadi besar, kita harus melewati sebuah fase kehidupan, entah itu susah ataupun senang, tujuanlah yang menggerakkan kita untuk terus berjuang, seperti emas yang  harus melalui sebuah proses pemurnian dalam api. Demikian proses pemurnian iman kita kepada Kristus sehingga akhirnya kita memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan dari Kristus.



Jika kita melihat tujuan kita lebih besar, maka pencobaan yang menjadi kecil. Tetapi jika kita melihat tujuan kita lebih kecil, maka kita akan melihat pencobaan itu menjadi besar dan kita tidak akan bertahan melewati sebuah proses (bdk. Perempuan Kanaan dalam Matius 15:21-28).



Kesimpulan

Kemurnian Iman Kristen adalah percaya kepada Kristus sebagai satu-satunya sumber pengharapan akan keselamatan. Kebangkitan-Nya dari antara orang mati telah memperbaharui iman Kristen bahwa kita percaya kepada Allah yang hidup.



Kemurnian iman Kristen adalah iman yang sudah berhasil melewati sebuah proses yang disebut pencobaan. Memandang positif setiap pemcobaan, yaitu untuk menentukan nilai, mutu dan kualitas keimanan kita.



Bagaimana dengan iman kita? Apakah iman kita kepada Kristus benar-benar murni? Hari ini Tuhan Yesus menghendaki kita untuk percaya kepada-Nya. Percaya bukan hanya sekedar percaya tetapi menyerahkan totalitas kehidupan kita kepada-Nya. Dialah sumber kekuatan dan penghiburan kita ketika kita mengalami berbagai-bagai pencobaan. TUHAN Yesus memberkati. #Ketut Mardiasa